kita perlu waspada, tapi jangan juga terlalu cemas
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dr. Novi Handayani, M.Si.Med, Sp.A menyarankan agar orang tua memantau kondisi urine atau frekuensi buang air kecil pada anak untuk mencegah gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA).

“Apa yang perlu dilakukan yang di rumah, yang bisa kita pantau apa? Kita harus lihat jumlah buang air kecil anak,” kata dokter dari RSUD Tarakan itu dalam webinar "Waspada Gangguan Ginjal Akut pada anak & Tips Konsumsi Obat Secara Aman" yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Novi mengatakan pemantauan kondisi urine pada anak dapat orang tua lakukan berdasarkan panduan dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), termasuk kriteria warna urine yang normal hingga frekuensi buang air kecil yang normal.

Dia menjelaskan pada anak biasanya normal buang air kecil sebanyak lebih dari enam kali dalam sehari atau setiap 4-6 jam sekali. Jika anak menggunakan pampers, Novi menyarankan agar orang tua mengecek kondisi pampers setiap empat jam sekali.

Apabila produksi urine anak mengalami penurunan, Novi mendorong orang tua untuk membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas atau rumah sakit tipe C. Namun jika anak tidak mengeluarkan urine sama sekali, orang tua segera bawa anak ke rumah sakit tipe B atau A.

“Kalau curiga seperti itu segera dibawa ke faskes terdekat. Jadi jangan tunggu sampai anak itu kondisinya berat,” katanya.

Baca juga: Dokter: Pemeriksaan ureum-kreatinin untuk penegakan diagnosis GGAPA
Baca juga: Pemprov DKI ajak nakes tingkatkan promotif-preventif terkait GGAPA

Novi menegaskan orang tua harus mengetahui kewaspadaan dini kapan sebaiknya anak dibawa ke rumah sakit sehingga penanganan tidak terlambat.

Selain penurunan volume urine, dia menjelaskan biasanya pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal mengalami gejala demam, gejala infeksi saluran napas akut seperti batuk dan pilek, atau gejala infeksi saluran cerna seperti diare dan muntah. Selain itu, pasien juga tidak memiliki kelainan ginjal sebelumnya.

“Kondisinya itu memburuk tiba-tiba disertai dengan adanya penurunan kesadaran. Kadang-kadang anaknya biasanya ceria, kok, dia cenderung tidur atau jadi malas main, tidak aktif. Ini orang tua harus mulai hati-hati,” kata Novi.

Dia mengimbau agar orang tua tidak memberikan obat sirop kepada anak untuk sementara waktu terutama obat-obatan yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan oleh pemerintah. Mengingat hal tersebut, Novi mendorong orang tua untuk melakukan perawatan kompres air hangat terlebih dahulu apabila anak demam dan tidak memberikan obat tanpa resep dari faskes.

“Memang kita perlu waspada, tapi jangan juga terlalu cemas berlebih. Yang penting sekarang kita tahu bagaimana tanda kegawatan, kapan harus dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Baca juga: Kemenkes: Pemerintah gerak cepat tangani kasus gangguan ginjal akut

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022