Gianyar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta ASEAN agar meneguhkan posisinya sebagai pemegang kendali dalam menjalin hubungan dengan negara-negara lain yang menjadi mitra dialog ASEAN. Pada saat yang sama, Kepala Negara juga meminta negara-negara ASEAN untuk menyesuaikan kepentingan nasionalnya, dengan kepentingan kolektif sebagai kelompok regional. "Penting bagi kita untuk mempertahankan pemahaman yang jelas tentang posisi yang nyata dari ASEAN, peranan kunci ASEAN dalam hubungan dengan mitra-mitra dialog," kata Kepala Negara saat menjamu makan siang para Menlu ASEAN, di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali, Kamis. Para Menlu ASEAN tersebut sebelumnya, sejak Rabu siang, telah mengadakan pertemuan informal (ASEAN Ministerial Retreat) di Ubud, Bali dan Rabu Malam (19/4), mereka membahas berbagai isu termasuk ASEAN sebagai pusat kendali hubungan dengan negara-negara mitra dialog, masalah Myanmar, serta masalah keinginan Perancis untuk mengikatkan diri kepada traktat non agresi ASEAN. Selain itu, juga dibahas mengenai pengikatan diri Timor Leste terhadap TAC (Trity of Amity and Cooperation - Traktat yang tidak membolehkan negara-negara menyerang negara lain dan menggunakan kekuatan persenjataan dan kekerasan dalam menangani masalah di kawasan). Presiden juga menyatakan keyakinannya bahwa setelah dilangsungkannya ASEAN Ministrial Retreat itu, ASEAN memiliki pandangan yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang harus dijalankan ASEAN dalam bulan-bulan mendatang dalam rangka menjalankan proses ke arah komunitas ASEAN. Dalam proses tersebut, ia mengatakan ASEAN harus mengacu pada Bali Concord II dan VAP (Vientiane Action Program) dalam menjalin kerjasama dengan mitra-mitra dialog. Bali Concord yang dimaksud mencakup komunitas ASEAN 2020 yang terdiri dari komunitas ekonomi, keamanan dan sosial budaya. Sedangkan VAP adalah program implementasi rencana aksi komunitas ASEAN. Sementara itu, Presiden Yudhoyono juga mengatakan bahwa dalam proses pengembangan ASEAN tiap negara harus menyesuaikan kepentingan nasionalnya dengan kepentingan bersama. "Untuk itu diperlukan kreativitas dan upaya yang terus menerus dalam mencari ide yang baru dan bisa dikerjakan," katanya. ASEAN Ministerial Retreat pada Rabu dan Kamis diikuti oleh Menlu Hassan Wirajuda, Menlu Malaysia, Syed Hamid Albar, Menlu Singapura George Yeo, Menlu Thailand Tantathi SUpamongkorn, Menlu Pilipina Alberto Romulo, Menlu Brunei Darussalam Pangeran Mohamed Bolkiah, Menlu Myanmar U Nyan Win, Menlu Laos Songsavat Lengsavad, Menlu Kamboja Vor Namhong dan Wakil Menlu Vietnam Nguyen Trung Tanh. Sebelumnya, di Istana Tampak Siring, Presiden juga menerima para anggota kelompok tokoh terkemuka ASEAN ("Eminent Persons Group" -EPG) yang telah menyelesaikan pertemuan mereka di Ubud , Bali tanggal 17 hingga 20 April 2006. EPG yang diketuai mantan wakil PM Malaysia, Tan Sri Musa Hitam bertugas menysusun rekomendasi pembuatan ASEAN Charters (Piagam ASEAN) yang nantinya akan diserahkan pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2006 Cebu, Pilipina. Anggota EPG lainnya adalah mantan Menlu RI Ali Alatas, Menlu dan mantan wakil P M Singapura S Jayakumar, mantan Presiden Pilipina Fidel Ramos, mantan wakil PM dan mantan Menlu Thailand Kasemsamosorn Kasemsri, Menlu dan perdagangan II Brunei Darussalam Pehin Dato Lim Jock Seng, mantan wakil PM dan mantan Menlu Vietnam Nguyen Manh Cam, mantan wakil PM Laos Khampanh Simmalavong, penasehat perdana menteri Kamboja Aun Porn Moniroth dan Ketua Badam Seleksi dan Pelatihan Pelayanan Sipil Myanmar Than Nyun. (*)

Copyright © ANTARA 2006