Kami sepakat untuk menahan diri tidak menggunakan kekuatan atau kekerasan yang mengancam, untuk membahas sekaligus mengatasi semua masalah semata-mata atas dasar pengakuan bersama terhadap kedaulatan, integritas wilayah dan perbatasan yang tak dapat
London (ANTARA) - Para pemimpin Armenia dan Azerbaijan pada Senin (1/10) sepakat untuk tidak menggunakan kekuatan dan setia pada kesepakatan sebelumnya yang berupaya mengakhiri perang antar dua negara tetangga bekas Soviet itu, kantor berita RIA melaporkan.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga berpartisipasi dalam pertemuan antara Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di pelabuhan Laut Hitam, Sochi.

Pertempuran terparah antar kedua negara sejak 2020 meletus bulan lalu, sehingga menewaskan lebih dari 200 orang. Bentrokan terjadi meski terdapat kesepakatan pada 2020 dan 2021 untuk menemukan solusi damai.

Baca juga: Armenia, Azerbaijan saling tuding melanggar gencatan senjata

"Kami sepakat untuk menahan diri tidak menggunakan kekuatan atau kekerasan yang mengancam, untuk membahas sekaligus mengatasi semua masalah semata-mata atas dasar pengakuan bersama terhadap kedaulatan, integritas wilayah dan perbatasan yang tak dapat diganggu gugat," seperti dilansir RIA.

Bentrokan yang terkait dengan permusuhan puluhan tahun atas kendali wilayah Nagorno-Karabakh, diakui internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun sampai 2020 sebagian besar dikendalikan oleh mayoritas penduduk etnik Armenia.

Awal Oktober kedua pihak menyepakati bahwa misi sipil Uni Eropa harus mendatangi perbatasan untuk menilai situasi.

Moskow, yang memiliki pakta pertahanan bersama Armenia dan basis militer di sana, mengerahkan ribuan penjaga perdamaian ke wilayah tersebut usai gencatan senjata pada 2020.

Sumber: Reuters

Baca juga: Armenia dan Azerbaijan sepakati misi sipil EU di sepanjang perbatasan
Baca juga: Azerbaijan usul pembicaraan garis batas dengan Armenia dipercepat

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022