Tokyo (ANTARA) - Dolar AS merosot dari level tertinggi satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama di sesi Asia pada Selasa sore, karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan Federal Reserve yang kurang agresif pada pertemuan kebijakan moneter yang diawasi secara luas pada Rabu (2/11/2022).

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko naik dari posisi terendah satu minggu di tengah kenaikan luas sentimen pasar, tetapi Aussie memangkas keuntungan setelah bank sentral Australia (RBA) memutuskan tetap dengan kecepatan seperempat poin yang lebih lambat untuk kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap enam rival utamanya termasuk euro, sterling dan yen - merosot 0,48 persen menjadi 111,01, menggerogoti sebagian dari kenaikan 0,79 persen yang dibuatnya pada Senin (31/10/2022).

Indeks telah berfluktuasi dalam kisaran luas di sekitar level 112 sejak mundur dari tertinggi dua dekade di 114,78 pada akhir September.

The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Rabu (2/11/2022), kenaikan keempat berturut-turut. Tetapi untuk pertemuan Desember, Fed fund berjangka terbagi pada kemungkinan kenaikan 75 atau 50 basis poin.

"Perasaannya mungkin The Fed akan mengurangi besarnya kenaikan, tetapi tentu saja pesannya adalah pekerjaan belum selesai, inflasi tetap mengakar," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank.

"Akal sehat kami adalah bahwa dolar mungkin telah mencapai puncaknya, tetapi itu tidak berarti itu turun."

Mata uang safe-haven greenback mendapat beberapa dukungan dari kerugian semalam di Wall Street, tetapi kenaikan saham berjangka AS dan penguatan di saham Asia, yang dipimpin oleh China, menggagalkan permintaan itu pada Selasa. Imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang yang lebih rendah juga menghilangkan penopang untuk kekuatan dolar. "Ini tentu merupakan hari risk-on (pengambilan risiko), dan itu tercermin dalam mata uang dengan Aussie dan kiwi memuncaki papan peringkat, tetapi semuanya dalam kisaran baru-baru ini," tambah Catril.

Aussie naik 0,56 persen menjadi 0,6433 dolar, tetapi turun dari tertinggi sebelumnya setelah RBA memilih kenaikan 25 basis poin lainnya. Lonjakan inflasi yang mengejutkan ke level tertinggi 32 tahun dalam data bulan lalu membuat pasar meletakkan peluang lebih baik dari 1-dalam-4 bahwa Gubernur Philip Lowe akan kembali ke kecepatan setengah poin untuk pengetatan.


Kiwi Selandia Baru melonjak 0,92 persen menjadi 0,5868 dolar AS.

"Kami telah memiliki bullish dolar Autralia/dolar AS baru-baru ini karena beberapa goyangan dalam dolar AS pada prospek Fed dan mengingat posisi eksternal Australia yang masih sangat kuat," kata Sean Callow, ahli strategi mata uang di Westpac.

"Kelanjutan RBA dari langkah pengetatan sederhana 25 basis poin hanyalah kemunduran kecil."

Di tempat lain, euro menguat 0,53 persen menjadi 0,9934 dolar.

Tekanan tetap pada Bank Sentral Eropa untuk melanjutkan kenaikan suku bunga agresif setelah data pada Senin (31/10/2022) menunjukkan inflasi zona euro datang lebih panas dari yang diperkirakan pada 10,7 persen, rekor baru. ECB selanjutnya memutuskan suku bunga pada 15 Desember.

Sterling melonjak 0,68 persen menjadi 1,1545 dolar dengan bank sentral Inggris kemungkinan akan memberikan kenaikan 75 basis poin pada Kamis (3/11/2022).

Terhadap yen, greenback melemah 0,47 persen menjadi 148,04.

Pada Senin (31/10/2022), kementerian keuangan Jepang mengatakan pihaknya menghabiskan rekor 42,8 miliar dolar AS untuk intervensi mata uang bulan ini guna menopang yen setelah turun ke posisi terendah 32-tahun di dekat 152 pada 21 Oktober.

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengulangi peringatan pada Selasa bahwa pihak berwenang mengawasi dengan cermat pergerakan pasar dan tidak akan mentolerir "pergerakan mata uang berlebihan yang didorong oleh perdagangan spekulatif".

Yuan China jatuh ke level terendah hampir 15 tahun terhadap dolar pada Selasa, setelah bank sentral menetapkan tingkat panduan resmi di sisi yang lebih lemah dari level kunci 7,2 per dolar untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global 2008.

Baca juga: Wall Street akhiri bulan kuat dengan lebih rendah, fokus pertemuan Fed
Baca juga: WGC sebut rekor pembelian bank sentral angkat permintaan emas global
Baca juga: Minyak naik karena pelemahan dolar imbangi kekhawatiran Covid China

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022