Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis patologi klinik dr. July Kumalawati, DMM, SpPK(K) menganjurkan agar orang tua sebaiknya membawa anak, terutama anak di bawah usia 10 tahun, ke fasilitas kesehatan jika ingin melakukan tes usap antigen dan tidak menyarankan tes usap mandiri di rumah karena berisiko.

“Susahnya kalau di bawah 10 tahun, karena berontak. Kan (tes swab) itu tidak nyaman. Saya (saran) mending dibawa ke faskes karena perlu bantuan orang untuk memegang dan mengetahui persis arahnya (saat alat masuk ke dalam hidung) benar atau tidak,” kata dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan bahwa secara anatomi, anak-anak apalagi bayi, memiliki ukuran lubang hidung yang relatif kecil sehingga orang tua atau petugas kesehatan harus berhati-hati untuk mengambil sampel di bagian nasofaring.

“Pengalaman pribadi saya di laboratorium tempat saya bekerja, (kalau) bayi, saya tidak berani langsung ke nasofaring. Biasanya minta tolong dari spesialis THT atau spesialis anak. Kalau memang tidak bisa, kami terpaksa hanya di bagian dalam cuping hidung walaupun kami sadar kemungkinannya untuk mendapatkannya (sampel) lebih rendah dibanding sampai belakang (nasofaring),” kata July.

Baca juga: Seluruh jamaah haji Aceh kloter satu dinyatakan negatif COVID-19

Baca juga: Dinkes Kota Tangerang gelar swab acak target 1.650 pelajar


Jika anak dalam posisi tidak bisa diam atau berontak selama pengambilan sampel, dikhawatirkan tangkai swab malah menyasar ke tempat yang tidak seharusnya. Menurut July, alat swab harus didorong dengan menyusuri dasar rongga hidung ke belakang arah telinga, bukan ke arah atas rongga hidung yang mengarah ke tulang tengkorak.

Selain itu, July mengatakan bagian dalam hidung juga dipenuhi pembuluh darah dan saraf. Jika alat swab terkena pembuluh darah, maka bisa terjadi pendarahan. Jika alat terkena saraf, maka dapat mempengaruhi fungsi jantung hingga lambung.

Oleh sebab itu, July mengingatkan, dibutuhkan kehati-hatian saat melakukan tes usap pada anak. Anak yang rentan mimisan juga dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra. Selama dilakukan dengan tepat, anak yang rentan mimisan masih bisa dilakukan swab antigen.

“Kalau mimisan, biasanya dari pembuluh darah yang di atas ya. Jadi selama kita swab mandiri kalau sudutnya benar-benar di bawah dasar dari rongga hidung, itu tidak berbahaya. Tapi kalau cenderung ke atas sedikit, itu yang memang bisa jadi pendarahan,” kata July.

Apabila darah sudah terlanjur keluar dan mengenai alat swab, sebaiknya prosedur tes tidak perlu dilanjutkan karena warna darah dapat membingungkan hasil pembacaan tes swab dan bisa memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu.

Jika tidak terburu-buru, pasien dapat menunggu hingga pendarahan berhenti dan kemudian dilakukan tes kembali. Opsi lain, jika memang dibutuhkan, tenaga kesehatan akan melakukan swab anal sebagai cara alternatif untuk mendeteksi virus COVID-19.*

Baca juga: "Swab hunter" digencarkan lagi di Kota Surabaya untuk cegah COVID-19

Baca juga: Masih perlukah tes COVID-19 untuk kurangi penularan kasus saat ini?

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022