Jakarta, (ANTARA News) - WWF Indonesia merekomendasikan kepada pemerintah untuk membangun sistem informasi dan database mengenai dampak-dampak perubahan iklim. "Segera bangun sistem informasi dan database untuk daerah-daerah yang rawan perubahan iklim," kata Direktur Perubahan Iklim dan Energi WWF-Indonesia, Eka Melisa di Jakarta, Jumat (21/4). Termasuk di dalam sistem informasi tersebut, kata Eka, adalah mengidentifikasi dampak-dampak perubahan iklim yang telah dan akan terjadi di Indonesia, serta menetapkan daerah-daerah yang kritis akan dampak sebagai prioritas untuk melakukan tindakan adaptasi. Sistem informasi dan database daerah rawan perubahan iklim itu, lanjut Eka, sebagai langkah-langkah yang perlu dalam mengembangkan strategi adaptasi nasional untuk mengantisipasi perubahan iklim. "WWF-Indonesia juga merekomendasikan pemerintah untuk mengembangkan sistem peringatan dini akan bencana-bencana alam yang akan terjadi seperti kebakaran hutan, banjir, badai, dan pemutihan karang," tegas Eka. Rekomendasi ketiga WWF Indonesia yaitu agar pemerintah membuat manajemen dampak terhadap dampak-dampak perubahan iklim yang terjadi. "Rekomendasi keempat yaitu pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat ketika dampak perubahan iklim terjadi," ujar Eka. Dalam kesempatan yang sama Koordinator untuk Restorasi Hutan dan Mitigasi Ancama, Program Kehutanan WWF Indonesia, Fitrian Ardiansyah, menekankan pentingnya Indonesia membuat manajemen database yang baik mengenai data-data dampak perubahan iklim. "Langkah ini merupakan syarat penting untuk mengembangkan strategi adaptasi nasional," kata Fitrian. WWF Indonesia mengatakan dikarenakan pemerintah tidak mempunyai database daerah-daerah rawan akibat pemanasan global, sehingga tidak mempunyai strategi untuk mengantisipasinya. "Sebagai negara kepulauan, Indonesia dipastikan sangat rentan terhadap berbagai dampak eksterm perubahan iklim. Dan hingga saat ini sudah banyak dampak-dampak perubahan iklim yang telah dirasakan," kata Eka. WWF Indonesia mengatakan pada tahun 1997/1998, Badai El Nino telah menyebabkan tgerjadinya peristiwa pemutihan karang secara luas di beberapa wilayah seperti bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Sementara dari data Forest Watch Indonesia tahun 2001, Peristiwa El Nino juga telah mengakibatkan terbakarnya kawasan hutan yang hampir seluas 10 juta hektar, dengan 80 persen kebakaran terjadi di lahan gambut. Padahal lahan gambut merupakan penyerap emisi karbon terbesar di dunia, dan sebanyak 2,57 Gigaton karbon dilepaskan ke atmosfer. Masih banyak lagi contoh peristiwa perubahan dan bencana alam yang terjadi di seluruh dunia akibat perubahan iklim global. Oleh karena itu,selama tiga tahun mendatang mulai 2006, peringatan Hari Bumi setiap tanggal 22 April mengambil tema pemanasan global. "Ini menunjukkan bahwa dunia internasional menganggap ancaman perubahan iklim sebagai ancaman serius abad ini bagi kehidujpan manusia dan makhluk hidup lainnya," kata Direktur Eksekutif WWF Indonesia, Mubariq Ahmad.(*)

Copyright © ANTARA 2006