Jakarta (ANTARA) - Saat menginjak remaja, Ukar Sukardi sudah gemar mendengarkan gambang kromong.

Kecintaannya terhadap musik membuatnya tertarik untuk belajar bermain gambang, alat musik terdiri dari 18 bilah bambu, yang mengantarkannya menjadi pimpinan dari kelompok Gambang Kromong Sinar Baru di Bogor.

Baca juga: Ini pakem seni Betawi

"Karena saya hobi, dari umur 12 tahun. Saya penerus, ini kepunyaan orangtua," kata Ukar kepada ANTARA usai konferensi pers International Ethnic Music Festival 2022, Jakarta, Senin (7/11).

Ukar Sukardi meneruskan kepemimpinan ayah mertua, mengurus kelompok yang awalnya bernama Gaya Muda, pada 1985. Beberapa dekade berlalu, grup Gambang Kromong Sinar Baru masih tetap bertahan. Ini, kata Ukar, juga dipengaruhi dari tempat mereka bermukim.

Gambang Kromong Sinar Baru berbasis di Gunung Sindur, Bogor, tempat yang menurut Ukar masih sering mengadakan hajatan dengan gaya tradisional.

Mereka kerap diundang untuk menghibur di acara pernikahan sampai ulang tahun. Setidaknya kelompok Gambang Kromong itu masih menerima tawaran tampil dua hingga tiga kali dalam sebulan.

Seiring berjalannya waktu, ada lagu-lagu "dalem" alias lagu klasik yang kian jarang dimainkan.

"Soalnya anak zaman sekarang tahunya lagu baru saja, kalau orang masa dulu yang semodel saya masih hobi," katanya.

Lagu yang lebih populer punya istilah lagu sayur, misalnya "Jali-Jali", "Cente Manis", "Balo-balo" dan "Kicir-Kicir". Kepopulerannya ini juga berhubungan dengan tingkat kesulitan yang tidak setinggi lagu-lagu dalem.

"Anak sekarang ini enggak nerusin, lagu sayur lebih gampang," kata Ukar.
 


Dia berharap ada generasi baru untuk Gambang Kromong Sinar Baru. Kelompoknya selalu terbuka untuk siapa saja, termasuk anak-anak muda yang tertarik meski belum punya kemampuan bermain alat musik tradisional. Anggota-anggota yang lebih berpengalaman akan siap membimbing dan mengajari.

"Sekarang enaknya anak sekarang ngerti not, zaman saya enggak ngerti not. Pakai feeling, perasaan," dia menunjuk telinga dan kepalanya.

Kecintaannya terhadap gambang kromong ditularkan juga kepada keluarganya. Cucu-cucu kerap diajak bermain untuk mengenal gambang kromong, bahkan ada juga cucu yang ikut bermain kromong.

Ukar berharap kesenian daerah yang ia cintai takkan punah dan mendapatkan tempat di hati generasi muda.

"Jangan sampai punah, lagu yang sudah enggak dimainkan saya gali supaya berkembang lagi, supaya menyambung ke jiwa penerus," kata Ukar.


Baca juga: Meriahkan HUT DKI, TMII siap tampilkan Gambang Kromong dan Mastur

Baca juga: Alat baru musik Betawi : disc jockey set

Baca juga: "Kita main sampai nanti kembang api jam 12 malem"

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022