Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Stella Shirley Mansur, Sp.OG mengatakan hamil pada usia yang terlalu muda merupakan salah satu faktor kehamilan berisiko tinggi yang dapat menyebabkan preeklamsia.

“Usia muda masuk kategori kehamilan resiko tinggi misalnya hamil di usia di bawah 18 tahun karena panggulnya belum siap dan tubuhnya belum siap sehingga resiko komplikasi juga tinggi seperti preeklamsi,”ucap Stella pada diskusi mengenai Kehamilan berisiko tinggi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah atau hipertensi dan kelebihan protein dalam urin yang terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 pekan.

Stella mengatakan kehamilan pada usia muda juga bisa menyebabkan persalinan tidak lancar sehingga diharuskan melakukan operasi mendadak. Selain itu, malnutrisi juga bisa terjadi pada janin sehingga saat lahir berat badan bayi kecil di bawah standar.

Baca juga: Dokter: Jangan tunda program hamil pada usia muda

Baca juga: Usia muda semakin berpotensi sukses jalankan program bayi tabung


Selain kehamilan pada usia yang terlalu muda, kehamilan pada rentang usia 35 sampai 39 tahun juga termasuk kategori kehamilan yang berisiko tinggi.

Lebih lanjut Ia juga menjelaskan ibu yang memiliki riwayat keguguran berulang atau melahirkan dalam kondisi bayi meninggal, kejang, menderita penyakit autoimun sebelum hamil juga termasuk pada kategori kehamilan berisiko tinggi lainnya.

“Atau yang memiliki penyakit jantung bawaan dari lahir saat hamil itu akan masuk resiko tinggi,” ucapnya.

Pada ibu yang hamil kembar dua atau tiga juga bisa meningkatkan risiko kehamilan yang lebih tinggi karena bisa terjadi komplikasi yaitu gagal ginjal, pecah pembuluh darah otak sehingga, sesak nafas berat dan berujung pada kematian

“Kalau hamil kembar selain meningkatkan kemungkinan terjadi preeklamsia juga mengakibatkan risiko lahir prematur sehingga risikonya nanti bayinya akan masuk ke NICU dan sebagainya,” ucapnya.

Untuk mencegah segala risiko kehamilan, ibu hamil harus rutin konsultasi ke dokter kandungan terkait riwayat penyakit bawaan atau penyakit yang berhubungan dengan kelainan darah seperti kelainan jantung atau pernah menjalani pengobatan kardiovaskular sebelumnya atau penyakit autoimun.

“Terutama saat kehamilan di trimester pertama, kalau pendarahan berulang capek sedikit flek itu kan sudah mulai memikirkan apakah ada permasalahan diimplantasinya, pembentukan plasentasi itu menjadi notes untuk dokternya,” ucap Stella.

Selain itu deteksi dini juga bisa dilakukan dengan rutin melakukan Ultrasonografi (USG) dan cek laboratorium untuk melihat potensi pengentalan darah atau ada penyakit infeksi seperti toxoplasma rubella atau anemia defisiensi zat besi untuk mencegah bayi lahir stunting.

“Selain itu jangan bosan untuk tensi terutama di trimester pertama. Memang preeklamsi tidak terjadi di trimester pertama tapi kita perlu melihat rata-rata tekanan darah kita pada saat hamil,” ucap Stella.*

Baca juga: Hamil dini ada kaitannya dengan kurang membaca

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022