Respons China yang berubah terhadap kasus COVID-19 yang sangat tinggi telah menambah volatilitas harga pasar minyak...
New York (ANTARA) - Harga minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tetapi turun dari minggu ke minggu, setelah otoritas kesehatan di China melonggarkan beberapa pembatasan COVID-19 yang berat di negara itu, mengangkat harapan peningkatan aktivitas ekonomi dan permintaan di importir minyak mentah utama dunia.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari melonjak 2,32 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 95,99 dolar AS per barel, memperpanjang kenaikan 1,1 persen dari sesi sebelumnya tetapi tergelincir 2,6 persen pada minggu ini.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember terangkat 2,49 dolar AS atau 2,9 persen, menjadi menetap di 88,96 dolar AS per barel, setelah menguat 0,8 persen di sesi sebelumnya tetapi turun hampir 4,0 persen pada minggu ini.

Pelonggaran pembatasan termasuk mempersingkat waktu karantina untuk kasus kontak dekat dan pelancong yang masuk selama dua hari, serta menghilangkan hukuman pada maskapai penerbangan karena membawa penumpang yang terinfeksi.

Baca juga: Harga minyak naik, ditopang dolar AS jatuh & data inflasi lebih rendah

Kontrak acuan harga minyak turun selama seminggu karena meningkatnya persediaan minyak AS, dan berlanjutnya kekhawatiran atas permintaan bahan bakar yang dibatasi di China, tetapi kenaikan akhir pekan membatasi kerugian.

"Respons China yang berubah terhadap kasus COVID-19 yang sangat tinggi telah menambah volatilitas harga pasar minyak dan jika kebijakan China yang baru ini berlanjut, kompleks energi dapat siap untuk menghapus sebagian besar penurunan minggu ini," kata Presiden Ritterbusch dan Associates LLC, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois.

Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak karena membuat komoditas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Harga juga naik pada Jumat (11/11/2022) setelah inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat harapan bahwa Federal Reserve (Fed) akan memperlambat kenaikan suku bunga, meningkatkan peluang soft landing untuk ekonomi terbesar dunia itu.

Baca juga: Harga minyak naik di Asia, ditopang kekhawatiran resesi AS mereda

Menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC+ akan tetap berhati-hati pada produksi minyak, mencatat bahwa anggota melihat "ketidakpastian" dalam ekonomi global menjelang pertemuan blok berikutnya pada Desember, Bloomberg News melaporkan pada Jumat (11/11/2022).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, bulan lalu sepakat untuk memangkas produksi secara tajam, dan akan bertemu lagi pada 4 Desember untuk menetapkan kebijakannya.

Beban kasus COVID-19 China melonjak ke level tertinggi sejak penguncian di Shanghai awal tahun ini. Baik Beijing maupun Zhengzhou melaporkan rekor kasus harian.

Selain perintah kerja dari rumah yang mengurangi mobilitas dan permintaan bahan bakar, perjalanan melintasi China masih lesu karena orang-orang ingin menghindari risiko terjebak dalam karantina, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Baca juga: IEA: Harga minyak 100 dolar AS "risiko nyata" bagi ekonomi global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022