Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal Djoko Soeyanto membantah kecurigaan sebagian kalangan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ikut berperan dalam proses pengangkatan Mayjen TNI Erwin Sudjono sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), yang tak lain adalah saudara ipar Yudhoyono. "Pengangkatan Erwin bukan karena nepotisme, tapi karena `track record`," kata Djoko kepada wartawan di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa. Ia menegaskan, dirinya melihat pengangkatan Erwin yang menggantikan Letjen TNI Hadi Waluyo didasarkan kepada pertimbangan profesional. "Dari letnan dua sampai bintang dua, dia (Erwin) di Kostrad. Saya melihatnya dari sisi profesionalisme, tidak ada pertimbangan lain," ujarnya. Ia juga menepis anggapan bahwa ada campur tangan Presiden Yudhoyono dalam proses pengangkatan Erwin. "Tidak ada. Presiden hanya berwenang mengangkat panglima TNI," tegas Panglima. Mayjen TNI Erwin Sudjono diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Letjen TNI Hadi Waluyo yang memasuki masa pensiun melalui Skep 138/IV/2006 tertanggal 17 April 2006. Secara resmi, pelantikan terhadap Erwin sebagai Pangkostrad dijadwalkan 2 Mei mendatang. Erwin sebelumnya merupakan Panglima Kodam (Pangdam) VI Tanjung Pura. Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Djoko Santoso menyatakan hal serupa tentang pengangkatan Mayjen TNI Erwin Sudjono sebagai Pangkostrad. Ia menyatakan, pengangkatan tersebut bukan karena Erwin ipar Yudhoyono ataupan karena ada referensi dari Presiden. "Antara panglima tertinggi (Presiden), Panglima TNI dan Kasad ada pembagian tugas. Kalau pengangkatan Kasad, Panglima TNI, dan Paspampres itu domain presiden, kalau mengangkat jenderal-jenderal Angkatan Darat, TNI AD yang bertugas di Mabes TNI, itu domain Panglima TNI. Tapi kalau mengangkat yang ada di dalam struktur Angkatan Darat, domain Kasad," ujar Djoko. Ia juga tidak melihat ada masalah jika Erwin diangkat sebagai Pangkostrad padahal Erwin baru menjabat sebagai Pangdam VI Tanjung Pura selama sekitar satu tahun. Djoko menganggap pengangkatan Erwin sebagai Pangkostrad merupakan keputusan tepat mengingat kiprah Erwin yang selama ini banyak berhubungan dengan Kostrad. "Dia (Erwin, red) angkatan saya. Tapi bukan karena angkatan saya dia diangkat. Dia sudah berdinas 30 tahun, kira-kira 24 tahun dia ada di Kostrad, mulai dari Danton (komanda peleton, red) sampai kepala staf divisi, bahkan menjadi panglima divisi sampai tiga tahun," ujar Djoko. "Saya nilai, dia yang paling tahu masalah Kostrad," tambahnya. Ketika ditanya apakah pengangkatan Erwin menjadi Pangkostrad tersebut mengarah kepada kemungkinan persiapan Djoko sebagai Panglima TNI berikutnya, Ksad tidak membantah maupun membenarkan. "Apa saya salah mengangkat Erwin. Itu kan hak saya," katanya. Ketika menjawab pertanyaan, Djoko juga menegaskan bahwa pemilihan Erwin sebagai Pangkostrad bukan untuk menyenangkan Presiden. "Bukan. Ini penilaian profesional. Saya bertanggung jawab. Orang boleh bicara apa saja, kita kan negara demokrasi," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006