Jakarta (ANTARA) - Para pemimpin bisnis dari Dewan Penasihat Bisnis APEC (APEC Business Advisory Council/ABAC) pada Rabu (16/11) membahas cara untuk mencapai pemulihan yang cepat dan berkelanjutan, serta meraih kembali momentum untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif, dan tangguh.

ABAC, dengan mandat utamanya untuk menyampaikan rekomendasi dan masukan kepada anggota APEC tentang kekhawatiran dan isu-isu penting dari sektor bisnis, merilis laporan untuk Para Pemimpin Ekonomi APEC, serta laporan untuk sektor bisnis.

Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC dijadwalkan akan digelar di ibu kota Thailand pada Jumat (18/11) dan Sabtu (19/11) dengan tema "Terbuka, Terhubung, Seimbang".

Ketua ABAC Kriengkrai Thiennukul mengatakan bahwa sejumlah hambatan, termasuk ketidakstabilan pangan dan energi, dampak pandemi COVID-19, gangguan rantai pasokan, dan meningkatnya tekanan akibat inflasi, sedang melemahkan kawasan ini dalam upayanya untuk menyelesaikan misi APEC untuk menjadi komunitas Asia-Pasifik yang terbuka, dinamis, dan tangguh, dan damai pada 2040, menurut pernyataan ABAC.
 
 (Xinhua)



Untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, para anggota APEC harus melangkah menuju keberlanjutan, memperdalam integrasi ekonomi regional, dan mengembangkan lingkungan yang mendukung melalui digitalisasi, papar Thiennukul.

Untuk sektor bisnis, laporan bertajuk "Asia Pacific's Time: Responding to the New Reality" disampaikan oleh PwC, mitra pengetahuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) CEO APEC tahun ini yang akan digelar dan dipimpin oleh ABAC pada Kamis (17/11) dan Jumat (18/11).

Laporan itu menguraikan lima faktor keberhasilan yang selaras dan saling memperkuat, yaitu rantai pasokan, pertumbuhan perusahaan regional, ekonomi digital, tenaga kerja, dan lanskap Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) yang berkembang, yang akan mendorong diferensiasi dan daya saing bagi bisnis untuk mencapai kesejahteraan di wilayah tersebut.

Dalam laporan itu, ABAC meminta para anggota APEC untuk menerapkan kebijakan moneter guna menjaga inflasi tetap terkendali, dan kebijakan fiskal untuk mencegah spiral harga upah (wage-price spiral) dalam jangka pendek.

ABAC juga menyoroti kebutuhan untuk menghadapi krisis ketahanan pangan, dan menghapus pembatasan terhadap pergerakan barang dan jasa esensial yang penting untuk memerangi pandemi.

Direktur Eksekutif ABAC 2022 sekaligus Alternate Member ABAC Thailand Montri Mahapreukpong menekankan pentingnya dukungan informasi dari sektor swasta untuk sektor bisnis, yang menjadi kekuatan penggerak ekonomi, perdagangan, dan investasi utama di kawasan Asia-Pasifik

 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022