Semarang (ANTARA) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Tengah menyebut Program Jogo Tonggo, yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, bisa diterapkan untuk mencegah munculnya paham radikal di kalangan masyarakat.

"Jogo Tonggo bukan saja soal ekonomi, tapi juga ketahanan ideologi. Ini yang penting, bagaimana orang bermula dari pemikiran yang fitrah. Kalau baik pemikirannya, akan menciptakan kebaikan yang akan turun pada gerakan dan amaliahnya," kata Ketua FKPT Jateng Syamsul Maarif di Semarang, Jumat.

Menurut Syamsul, Program Jogo Tonggo dapat dilakukan dengan menerapkan upaya deteksi dini, salah satunya dengan menanamkan ideologi Pancasila sebagai dasar pemikiran masyarakat. Dia menambahkan nilai-nilai dalam Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan nilai agama.

Baca juga: "Jogo Tonggo" dari Indonesia untuk dunia

Berdasarkan penelitian, lanjutnya, sekitar 12,2 persen dari total penduduk Indonesia terpapar paham radikal. Bahkan, tambahnya, belasan ribu orang diduga sudah masuk pusaran terorisme.

"Saya anjurkan untuk deteksi dini dan pencegahan. FKPT bagian dari hal itu. Daripada terlanjur, mending deteksi anak dan keluarga; sebab banyak yang menggunakan perempuan untuk menggaet dan menyebarkan infiltrasi dan amaliah barokah. Kalau dibiarkan, maka bisa merusak tatanan yang sudah dibuat pendahulu kita," ujar Syamsul Maarif.

Pancasila merupakan pilihan final, sehingga tidak ada kontraproduktif dengan agama dan Pancasila karena saling menguatkan. Selain deteksi dini, dia juga menyarankan pentingnya penguatan literasi digital, sebab tidak jarang paham radikal masuk melalui cara strategis dan menyebar cepat lewat media digital.

Baca juga: Kapolres: Giatkan tugas Satgas "Jogo Tonggo" sambut pemudik di Solo
Baca juga: Ganjar ceritakan percepatan tangani COVID-19 dengan "jogo tonggo"


Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022