Purwokerto (ANTARA) - Sejak awal kemunculan COVID-19 di Tanah Air, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah langsung membuat sejumlah program strategis dalam rangka percepatan penanganan pandemi di wilayah setempat.

Salah satu program yang dibuat adalah menjaga tetangga atau "Jogo Tonggo", yakni program berbasis masyarakat untuk secara bersama-sama melawan penyebaran dan penularan COVID-19.

Nafas dari gerakan ini adalah gotong royong, karena bagaimanapun, masyarakat merupakan garda terdepan dalam perang melawan COVID-19. Karena itulah pelibatan masyarakat sebagai tokoh utama dalam program ini menjadi salah satu kunci penting.

Pemprov Jawa Tengah menilai bahwa penyebaran COVID-19 harus dilawan secara bersama-sama, secara sistematis, terstruktur dan menyeluruh dengan tetap memperhatikan kesehatan warga, kondusivitas lingkungan, kondisi perekonomian warga serta kepastian pemenuhan kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan pokok.

Berangkat dari kekuatan kearifan lokal dan potensi geografis yang ada di masing-masing lingkungan, maka pada tahun 2020, Pemprov Jateng membentuk Satgas Jogo Tonggo.

Baca juga: Kolaborasi "Jogo Tonggo" tekan lonjakan COVID-19 di Kabupaten Kudus

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 harus menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan dengan dukungan penuh dan secara bersama-sama dari pemerintah dan berbagai pihak.

Berbagai pihak yang dimaksud adalah perguruan tinggi, perusahaan, lembaga perbankan, lembaga keuangan, organisasi profesional, media massa, media sosial, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sektoral, organisasi massa dan pemangku kepentingan lainnya.

Satgas Jogo Tonggo memiliki tugas pokok yang terbagi dalam empat bidang, yakni kesehatan, ekonomi, sosial dan keamanan serta hiburan yang harus dilakukan dengan tepat sasaran dan tepat guna.

Baca juga: Ganjar ceritakan percepatan tangani COVID-19 dengan "jogo tonggo"

Satgas ini bukan dibentuk dari nol, ketua RW, ketua RT hingga warga di wilayah setempat termasuk dalam struktur organisasi. Dalam perjalanan tugasnya, satgas juga perlu memperkuat sinergi terkait kegiatan-kegiatan organisasi kelompok sosial seperti Karang Taruna, Dasa Wisma, Posyandu dan warga di tingkat RW serta lembaga dan organisasi terkait dalam upaya melawan penyebaran COVID-19.

Dalam implementasi bidang kesehatan, satgas akan mendorong, memantau dan juga memastikan protokol kesehatan di wilayahnya telah berjalan dengan baik dan benar. Selain itu juga terus melakukan edukasi agar warga tetap disiplin untuk menerapkan.

Satgas juga bertugas untuk meregistrasi setiap orang yang masuk dan ke luar desa, dan membawa warga yang memiliki gejala-gejala ke fasilitas kesehatan terdekat.

Baca juga: PPKM dan "jogo tonggo" menghadapi COVID-19

Jika ada warga yang terkonfirmasi COVID-19 namun tanpa gejala, satgas akan mengarahkan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan mengingatkan warga lainnya untuk tetap waspada dan hati-hati namun juga tidak memberikan stigma negatif pada mereka yang sedang terinfeksi.

Dalam rangka menjaga disiplin masyarakat, mereka yang bertugas juga akan selalu memastikan tersedianya peralatan cuci tangan, melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala, sekaligus mengingatkan warga untuk selalu memakai masker dan memperhatikan jarak fisik.

Terkait bidang ekonomi, satgas juga akan memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar warga dan ketersediaan pangan seluruh warga di RW masing-masing dan mengupayakan membantu warga yang kekurangan pangan, termasuk warga yang sedang menjalani isolasi mandiri.


Peran Masyarakat

Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Tyas Retno Wulan mengatakan dalam masa pandemi COVID-19 masyarakat memang harus saling peduli terhadap sesama, karena kebersamaan merupakan kunci penting dalam menangani pandemi.

Terlebih lagi, COVID-19 bukan sekadar penyakit klinis individual melainkan juga penyakit komunal, sehingga penyelesaian dan penanganan-nya harus dilakukan secara bersama-sama.

Dia mencontohkan, saat satu orang terinfeksi COVID-19 maka bisa berdampak pada anggota keluarga, teman kerja atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian upaya penanganan harus berbasis komunitas dan melibatkan kelompok masyarakat untuk terlibat secara bersama-sama dalam mencegah penyebarannya.

Baca juga: Awasi pemudik, Pemkot Surakarta optimalkan Satgas Jogo Tonggo

Dalam tatanan hidup bermasyarakat, gerakan saling peduli dan saling mengingatkan mengenai protokol kesehatan merupakan hal yang esensial, karena pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan, tetapi juga aspek ekonomi, sosial bahkan politik.

Dengan penanganan yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak untuk peduli dan berkontribusi nyata, maka tidak hanya akan berdampak positif dalam memutus rantai penularan, namun juga dapat mengamankan gejolak ekonomi dan sosial.

Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengatakan Jogo Tonggo merupakan program yang kaya akan kearifan lokal karena mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan.

Menurut dia, semakin banyak pihak yang terlibat, maka akan semakin kuat dan hasilnya akan makin optimal. Karena rasa peduli dan keinginan untuk saling membantu adalah juga senjata kuat dalam perang melawan COVID-19.

Menurutnya, program Jogo Tonggo merupakan salah satu program di Indonesia yang mengedepankan kearifan lokal sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh bangsa Indonesia yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Baca juga: Program "Jogo Tonggo" mendatangkan penghargaan bagi Jawa Tengah

Praktik baik semacam ini, kata dia, menarik untuk menjadi pembahasan dalam tingkat global mengingat pada tahun 2020 ini Indonesia memegang presidensi dalam forum G20.

Pembahasan tersebut tentunya akan dapat memperkuat peran Indonesia dalam kesehatan global terutama di tengah pandemi COVID-19 karena tantangan kesehatan menjadi isu prioritas dan menjadi perhatian bersama bangsa-bangsa di dunia.

Kearifan-kearifan lokal yang ada di masing-masing negara bisa menjadi anak kunci untuk membangun dan memperkuat arsitektur kesehatan dunia. Selain itu juga diharapkan dapat mendorong agar negara-negara di dunia untuk makin siap dan lebih tanggap terhadap krisis kesehatan.

Seperti contohnya program Jogo Tonggo, pelibatan peran masyarakat dalam penanganan COVID-19 bisa saja menjadi contoh bagi dunia di tengah pandemi COVID-19. T.W004

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022