Singapura (ANTARA) - Dolar AS menguat tajam terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan Asia pada Senin sore, sementara yuan China tergelincir karena sentimen memburuk oleh meningkatnya kasus COVID dan pengetatan pembatasan di beberapa kota di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Ibu kota China, Beijing, melaporkan dua kematian pada 20 November, dengan distrik terpadat di kota itu mendesak penduduk untuk tinggal di rumah pada Senin, memperpanjang permintaan dari akhir pekan saat negara itu memerangi banyak wabah COVID-19.

Meningkatnya kasus dan kematian baru telah menimbulkan keraguan pada harapan pelonggaran awal dalam pembatasan pandemi ketat yang telah melumpuhkan perekonomian.

"Prospek pasar untuk nol-COVID China akan tetap menjadi sumber utama volatilitas," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

"Jika kita melihat peningkatan lain dalam pembatasan, itu menunjukkan kepada saya bahwa pejabat China masih waspada terhadap pembukaan kembali yang mungkin terjadi."

Surat kabar People's Daily, corong Partai Komunis China, pada Senin menerbitkan sebuah artikel yang menegaskan kembali perlunya mendeteksi infeksi lebih awal tetapi menghindari pendekatan "satu ukuran untuk semua".

Yuan di pasar domestik dibuka pada 7,1451 per dolar dan melemah ke level terendah 7,1708, level terlemah sejak 11 November.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,412 persen menjadi 107,330 pada Senin sore, menyentuh level tertinggi sejak 11 November. Indeks naik 0,5 persen minggu lalu, mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam sebulan karena investor berbondong-bondong ke mata uang safe haven.

Meskipun naik pada Senin, indeks tetap berada pada kinerja bulanan terburuk sejak Juli 2020.

Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve telah membantu dolar stabil setelah penurunan tajam pada awal November, ketika data inflasi yang sedikit lebih dingin dari yang diperkirakan memicu harapan investor akan perlambatan kenaikan suku bunga.

"Fed telah menolak narasi dovish yang dimiliki pasar setelah data inflasi Oktober," kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore, mencatat bahwa komentar tersebut telah memberikan dukungan untuk dolar AS.

Investor akan sangat tertarik dengan risalah dari pertemuan November Fed yang akan dirilis pada Rabu (23/11/2022) untuk setiap petunjuk tentang bagaimana pejabat tinggi pada akhirnya memperkirakan untuk menaikkan suku bunga.

Di tempat lain, uang kripto tetap berada di bawah tekanan, dengan bitcoin turun 0,63 persen menjadi 16.153,00 dolar AS. FTX berutang kepada 50 kreditur terbesarnya hampir 3,1 miliar dolar AS, menurut pengajuan kebangkrutan, ketika bursa kripto yang runtuh itu melakukan tinjauan strategis terhadap aset globalnya.

Euro turun 0,46 persen menjadi 1,0277 dolar, ditetapkan untuk penurunan beruntun tiga hari dan melayang di level terendah sejak 14 November, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,1831 dolar, turun 0,47 persen.

Dolar Australia turun 0,49 persen terhadap greenback menjadi 0,664 dolar AS, sedangkan kiwi turun 0,41 persen pada 0,613 dolar AS.

Baca juga: Dolar sedikit menguat, dipicu pembelian defensif akibat COVID China

Baca juga: Dolar akhir pekan menguat, yield obligasi naik & pasar fokus ke Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022