Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina EP Sangasanga Field berhasil meningkatkan perekonomian petani dalam menjalankan program Pertanian Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria (Tante Siska) di Desa Sarijaya Sangasanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Program pengembangan kegiatan pertanian dengan skema ekonomi berputar (circular economy) serta sistem inovasi sosial PEP Sangasanga Field mengedepankan efisiensi dan pengembangan keanekaragaman produk secara ramah lingkungan, kata Senior Manager PEP Sangasanga Field, Gondo Irawan dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa.

Gondo Irawan mengatakan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sejak 2019 ini mengintegrasikan empat bidang kegiatan, yaitu peternakan, pupuk organik, pertanian, dan pengembangan. PEP Sangasanga Field menerapkan strategi optimalisasi produk turunan dan pemanfaatan limbah pertanian pada tiap bidang sehingga ramah lingkungan.

“Salah satu upaya yang kami lakukan dalam merespons penurunan produktivitas dan hilangnya pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh penutupan perusahaan tambang adalah dengan merevitalisasi lahan pascatambang batu bara menjadi lahan pertanian yang efektif,” ujar Gondo.

Gondo menyebutkan tahun ini program melakukan pembudidayaan unggas. Dari kotoran unggas diolah sebagai campuran pupuk organik yang diproduksi Kelompok Setaria. Pupuk unggas dinilai memiliki tingkat produktivitas yang relatif cepat untuk jenis sayuran yang memiliki jangka waktu panen relatif singkat seperti kangkung dan bayam.

Tak hanya budidaya unggas, lanjut Gondo, Kelompok Tani Setaria juga mengembangkan perkebunan telang dan mengolah hasil dari bunga telang tersebut menjadi makanan dan juga minuman yang diberi nama “Sarijiwa”. Bunga telang diketahui memiliki beberapa khasiat salah satunya untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Untuk meningkatkan kualitas dan hasil produksi dari penyulingan sereh wangi, pada 2022 dilakukan pembaruan alat penyulingan yang semula terbuat dari drum saat ini sudah berganti menjadi bahan stainless. Pembaruan alat ini bertujuan agar hasil penyulingan sereh wangi berupa minyak atsiri dan hidrosol memiliki nilai jual yang meningkat dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Berdasarkan Studi LPPM IPB University pada 2020, salah satu satu inovasi program Tante Siska, yaitu Inovasi Damkar berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 7,76 ton CO2eq/tahun. Inovasi ini mengubah asap bahan bakar menjadi asap cair dan dapat digunakan sebagai campuran kompos dan pupuk cair.

Berkat inovasi yang dilakukan, pendapatan kelompok mencapai Rp354 juta/tahun pada 2021, atau lebih dari 27 juta per bulan. Itu berarti, program ini berhasil merespons permasalahan yang ada di daerah sekitar operasional perusahaan.

Dari segi lingkungan, sebesar 1,61 hektare berhasil direvitalisasi dan digunakan kembali, serta sebanyak 7,76 ton CO2eq/tahun emisi CO2 berhasil dikurangi. Dari sisi segi ekonomi, program ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar Rp354 juta per tahun dan penghematan pembelian pupuk sebesar Rp48,3 juta per tahun.

Gondo mengatakan, sebanyak 16 petani mengelola pertanian terpadu, 114 anggota kelompok tani lainnya telah memiliki pengetahuan di bidang yang sama, serta sebanyak 677 penerima manfaat dari program Tante Siska.

Sutrimo, Ketua Kelompok Tani Setaria, menjelaskan produk yang dihasilkan dari pertanian terpadu menambah pendapatan masyarakat, serta membantu mengatasi permasalahan pembakaran sekam padi yang selama ini dilakukan petani.

Baca juga: Lewat ujung jari dan Tante Siska, Sutrimo berdayakan petani Sangasanga
Baca juga: Inovasi Damkar petani binaan Sangasanga Field beri solusi lingkungan
Baca juga: Bisnis dan lingkungan harus jalan beriringan

 

Pewarta: Faisal Yuniantoova
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022