Yogyakarta (ANTARA News) - Magma Gunung Merapi (2.965 mdpl) yang tidak bisa keluar ke permukaan puncak karena kuatnya sumbatan di celah kawah, sangat kecil kemungkinannya turun kembali ke dapur magma. Kemungkinan besar yang terjadi apabila magma gagal menjebol permukaan puncak adalah `diam` di posisi terakhir. "Artinya, magma tidak bergerak ke atas, dan juga tidak turun kembali ke dapur magma," ujar Dr Ir Mas Atje Purbawinata, Kepala Subdit Gunungapi Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, ketika dihubungi ANTARA, Jumat. Sebelumnya, Dr Sunarto MS, Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menyebutkan apabila magma tidak bisa keluar ke permukaan puncak, bisa saja terjadi magma itu karena gaya beratnya kembali turun menuju dapur magma. Menurut Mas Atje, sampai sekarang belum ada parameternya berapa besar energi magma yang dibutuhkan untuk mampu menjebol sumbatan material vulkanik yang ada di permukaan puncak atau di celah kawah. "Sehingga, sulit dipastikan sampai kapan desakan magma itu berlangsung ketika energinya tidak mampu menjebol sumbatan tersebut," sambungnya. Karena itu, berbagai kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya desakan magma dari perut Merapi ke permukaan puncak sulit diprediksi, termasuk untuk mengetahui secara pasti jarak antara posisi magma saat ini dengan permukaan puncak. Mantan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta tersebut mengatakan sampai sekarangpun belum ada alat untuk mengetahui secara pasti pergerakan magma yang ada di perut gunung dari waktu ke waktu. Sementara itu, laporan harian aktivitas Gunung Merapi dari BPPTK Yogyakarta tanggal 28 April 2006 dari pukul 00.00 sampai pukul 06.00 WIB menyebutkan terjadi 38 kali gempa fase banyak atau multiphase (MP), lima kali gempa guguran, dan kegempaan low frequency (LF) tiga kali. Sebelumnya, pada 27 April tercatat gempa vulkanik dangkal (VTB) terjadi satu kali, MP 125 kali, gempa guguran 20 kali, dan LF empat kali. "Secara umum kegempaan masih berfluktuasi dalam jumlah yang tinggi, dan status aktivitas Merapi masih `siaga`," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta Drs Subandriyo. Sedangkan hasil pengamatan visual terhadap puncak Merapi, asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 500 meter terukur dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah pada pukul 05.40 WIB. Cuaca cerah terlihat pada malam dan pagi hari. Siang dan sore hari berkabut serta mendung. Di sekitar gunung ini tidak terjadi hujan. Guguran lava terlihat satu kali masuk ke hulu Kali Lamat dengan jarak luncur sekitar 1.500 meter. (*)

Copyright © ANTARA 2006