Mataram, (ANTARA News) - Sekretaris Bidang Hukum Dewan Maritim Indonesia (DMI), Dr. Candra Motik mengatakan, Indonesia juga menjadi pusat aliran konvergensi udara panas tropika ke atas (konveksi) yang ikut mempengaruhi proses anomali meteorologi dunia El Nino dan La Nina. "Ketika fenomena El Nino terjadi pada musim kering berkepanjangan di Indonesia, itu karena terjadi pergeseran perairan hangat (warm pool) yang secara umum dibatasi oleh suhu perairan yang lebih tinggi dari 28 derajat celsius," katanya sebagaimana dilaporkan ANTARA di Mataram, Jumat (28/4). Candra Motik berada di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam rangka Sosialisasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Kelautan, Kebijakan Kelautan dan Nilai-Nilai Kemaritiman. Dikatakan, sebaliknya fenomena El Nino merupakan hal yang positif bagi dunia perikanan, karena El Nino memicu terjadinya "up welling" yang membawa unsur hara ke permukaan laut. Pada saat El Nino ditemukan "fishing ground" yang sangat potensial di Samudera Hindia Selatan Jawa, Laut Banda dan Samudera Pasifik Utara Papua. Dia menjelaskan, di wilayah perairan Indonesia terdapat dua sistem arus utama yang mengalir yakni Arus Mosnun (musim) Indonesia (Armondo) dan Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Armondo berada di wilayah Barat, sedangkan Arlondo berada di wilayah Tengah dan Timur perairan Indonesia. Armondo mengalir rata-rata dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa lewat Laut Natuna dan Selat Kalimantan, dari Laut Jawa Armondo meneruskan alirannya ke laut-laut dalam yakni Laut Flores dan Laut Banda. Sedangkan Arlindo mengalir dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia dengan cabang utama melewati Selat Makassar dan Selat Lifamatola dan di Selat Makassar Arlindo terbagi menjadi dua bagian, sebagian keluar ke Samudera Hindia melewati Selat Lombok dan sebagian membelok ke Timur melewati Selat Flores dan Laut Banda. "Dia menjelaskan, perairan Indonesia merupakan jalur aliran dinamik massa air perairan global yang penjelasannya didasarkan dengan teori sabuk berjalan aliran massa air laut dunia," tambahnya. Ruang laut memungkinkan adanya lebih darisatu pemanfaatan dalam ruang yang sama dan permukaan laut dapat dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran, sedangkan ruang kolam air dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan ikan. Selain itu, untuk selam wisata bahari atau wilayah konservasi dan ruang di permukaan dasar laut dapat dipergunakan untuk meletakkan kabel ataupun pipa bawah laut dan lokasi pertambangan. Dengan adanya berbagai kepentingan dalam pemanfaatan ruang laut sering menimbulkan konflik pemanfaatan ruang di laut, hal itu terjadi karena pesisir dan laut belum ditata secara baik sebagaimana tercermin pada kebijakan terkait dengan pengelolaan laut yang berkembang selama ini. "Pengelolaan pesisir dan laut secara sektoral masih belum serasi, karena didasarkan pada kepentingan masing-masing dan kondisi itu menuntut adanya penataan ruang laut secara terpadu dan terkoordinasi," jelasnya.(*)

Copyright © ANTARA 2006