Washington DC (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Saymsuddin menegaskan bahwa ia tidak setuju dengan ide-ide mengenai penghapusan kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Indonesia. "Jangan menghapus kolom agama, janganlah ada ide yang baru dan aneh-aneh," kata Din Syamsuddin saat melakukan kunjungan ke Washington DC, Jumat. Saat ini, seperti diakui pihak Departemen Dalam Negeri, sudah banyak desakan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan agar kolom agama dalam KTP dihapuskan. Alasannya antara lain untuk menjaga keselamatan penduduk saat terjadi konflik SARA (suku, agama, ras, antar-golongan). Depdagri sendiri kini tengah melakukan pengkajian atas usulan-usulan tersebut. Menurut Din Syamsuddin, adanya kolom agama dalam KTP adalah hal yang baik, oleh sebab itu harus tetap dipertahankan. "Karena orang Indonesia itu senang mengidentifikasikan dirinya dengan agamanya," katanya kepada ANTARA. "Dalam konteks negara sekuler, kolom itu memang dihapus. Kita tidak perlu ikut-ikutan negara sekuler," tambahnya. Konflik SARA yang dikhawatirkan itu sendiri, menurut Din, bukan karena ada kolom agama di KTP. Konflik SARA yang pernah terjadi di Indonesia karena adanya kesenjangan sosial ekonomi, dengan demikian dalam mengatasinya harus berfokus pada akar masalah tersebut . "Malah mungkin akan muncul konflik baru karena tidak ada kejelasan agama," katanya. Ketua PP Muhammadiyah tersebut berada di AS sejak pekan lalu untuk menghadiri sejumlah forum diskusi di Ohio, Boston, dan Washington DC. Ia juga mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat Bank Dunia dan Deplu AS. Dalam forum yang diadakan USINDO di Washington DC, Jumat, Din menyampaikan perlunya mengembangkan dialog antar peradaban sebagai pilihan strategis untuk masa depan. "Saya meminta AS tidak melihat Islam sebagai ancaman, tapi sahabat dan mitra strategis," katanya. Untuk itu perlu dikembangkan terus hubungan antar masyarakat dan antar pemerintahan kedua negara. Islam di Indonesia dengan mainstream yang moderat, katanya, berpotensi untuk menjadi model bagi Islam di dunia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006