Bisa menjadi multiplier effect ekonomi yang konkrit
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan masa depan ekonomi Indonesia harus berbasis keantariksaan.

"Masa depan ekonomi Indonesia, salah satunya harus berbasis keantariksaan. Apalagi, Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan yang dilewati garis ekuator, dan tidak banyak satelit yang bisa meng-cover itu," kata Handoko dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, Handoko menuturkan BRIN memiliki misi untuk mengembangkan konstelasi satelit pengindraan jauh, di antaranya berbasis internet of things, berbasis optik, dan sisanya berbasis radar sehingga Indonesia memiliki data citra secara berkesinambungan.

"Terkait dengan ekonomi masa depan Indonesia, data pengindraan jauh memang kita pakai menjadi enabler, menjadi katalisator, pengungkit untuk multiplier effect (efek berganda) berikutnya," ujarnya.

Baca juga: BRIN dukung aplikasi keantariksaan capai pembangunan berkelanjutan

Baca juga: BRIN ajak swasta berinvestasi di sektor keantariksaan


BRIN juga sudah menyiapkan infrastruktur pendukung terkait pemanfaatan data pengindraan jauh seperti pengelolaan data center dan big data melalui High Perfomance Computing (HPC).

Handoko berupaya lima ground station yang dikelola BRIN saat ini dapat dikelola oleh mitra operator sehingga akan semakin menguatkan ekosistem keantariksaan di Indonesia.

Ia juga mendorong para pelaku usaha (startup) mengembangkan aplikasi berbasis citra pengindraan jauh untuk memenuhi kebutuhan target pasar tertentu seperti sektor perkebunan kelapa sawit dan pemenuhan kebutuhan zonasi tangkap ikan.

"Sehingga data citra, apalagi kalau kita sudah punya remote sensing sendiri, tidak sekadar menjadi data, tapi benar-benar bisa menjadi multiplier effect ekonomi yang konkrit dan signifikan," tuturnya.

Baca juga: BRIN: G20 dorong generasi muda kembangkan startup keantariksaan

Baca juga: BRIN: Model bisnis keantariksaan libatkan pemain global potensial


 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022