Jakarta (ANTARA News) - Dana Integrasi Jepang dan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) memrakarsai penyediaan stok tamiflu -- obat antivirus influenza -- dan baju pelindung (Personal Protection Equipment/PPE) regional untuk mendukung upaya penanggulangan infeksi virus flu burung (Avian Influenza/AI) di kawasan Asia Tenggara. Inisiatif penyediaan Tamiflu dan PPE itu diawali dengan penyerahan 500 ribu dosis tamiflu dan 700 ribu PPE dari Deputi Menteri Luar Negeri Jepang, Mitoji Yabunaka, kepada Sekretaris Jendral ASEAN, Ong Keng Yong, pada peluncuran program Dana Intergrasi Jepang-ASEAN di Jakarta, Selasa. Yabunaka mengatakan secara resmi pengiriman tamiflu dan PPE tahap pertama telah dilakukan dan saat ini stok kedua barang disimpan di Singapura. "Proses pengadaan persediaan akan selesai dalam beberapa bulan," katanya. Ia menambahkan pihaknya tidak bisa menyediakan stok tamiflu dalam waktu singkat, karena saat ini stok dan produksi tamiflu di dunia relatif terbatas dan banyak negara yang menginginkannya sehingga perlu waktu cukup lama untuk mendapatkannya. Selain menyediakan stok tamiflu dan PPE, kata Yabunaka, melalui Dana Integrasi Jepang-ASEAN pemerintah Jepang juga menyediakan bantuan teknis berupa pelatihan tenaga kesehatan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan penanggulangan infeksi AI. Lebih lanjut ia menjelaskan dukungan pemerintah Jepang pada upaya penanggulangan infeksi AI di kawasan Asia Tenggara merupakan tindak lanjut dari prakarsa Perdana Menteri Koizumi pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Jepang pada Desember 2005 lalu. Menurut dia, ketika itu Koizumi menyatakan bahwa pemerintah Jepang akan berkontribusi dalam upaya penanggulangan infeksi AI dengan memberikan bantuan senilai 70,1 juta dolar Amerika Serikat (AS) kepada dana integrasi ASEAN. Dana Integrasi Jepang-ASEAN sendiri baru dibentuk pada 27 Maret 2006 dan memulai kegiatannya dengan menjalankan proyek penyediaan tamiflu dan PPE pada Mei 2006. Tentang kontribusi pemerintah Jepang dalam upaya penanggulangan infeksi AI, Ong Keng Yong menyatakan pihaknya menyampaikan penghargaan terhadap inisiatif tersebut. "Kita belum tahu akan seberapa efektif pengaruh program ini, tapi inisiatif proaktif dari pemerintah Jepang ini adalah salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam upaya penanggulangan infeksi AI," ujarnya. Ia menambahkan sebagai organisasi yang menaungi sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, ASEAN hanya bisa berusaha meningkatkan jalinan kerjasama antar negara dan antar lembaga untuk memperkuat upaya penanggulangan infeksi virus mematikan yang ditularkan oleh unggas tersebut. Senada dengan Ong Keng Yong, Direktur WHO Pasifik Barat, DR. Shigeru Omi menyatakan bahwa kemitraan merupakan faktor penting dalam upaya penanggulangan infeksi virus flu burung. "Virus ini bisa menyebar dengan cepat dari satu wilayah ke wilayah yang lain karena itu semua pihak harus bekerjasama untuk menanggulanginya," kata Omi. Ia mengatakan melalui kerjasama antar negara dan antar lembaga kasus-kasus infeksi virus influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut akan lebih cepat dideteksi dan ditangani, sehingga penyebarannya tidak cepat meluas ke wilayah yang lain. Indonesia Menunggu Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie, yang turut memberikan sambutan pada peluncuran Dana Integrasi Jepang-ASEAN tersebut menyatakan menyambut baik kehadiran lembaga yang akan mendukung upaya penanggulangan infeksi AI di Asia Tenggara tersebut. Dia berharap dana integrasi itu dapat memberikan kontribusi nyata pada upaya penanggulangan penyakit tersebut di tanah air. "Kerjasama, kolaborasi dan kemitraan adalah suatu keharusan dalam memerangi infeksi AI. Dan karena daerah kami sangat rentan terhadap transmisi virus tersebut kami berharap lembaga ini akan memberikan kontribusi dalam penerapan rencana strategi nasional penanggulangan AI," ujarnya. Sebab, ia melanjutkan, meski sejumlah negara yang hadir dalam Konferensi Penanggulangan flu burung di Beijing telah berkomitmen memberikan bantuan dana senilai 50 juta dolar AS dari total kebutuhan dana penanggulangan infeksi AI nasional selama tiga tahun sebesar 900 juta dolar AS namun komitmen itu hingga saat ini belum terealisasi. "Kami belum menerima satu sen pun dari dana yang pernah dijanjikan itu," katanya. Oleh karena itu, ia menambahkan, pemerintah Indonesia akan menanti realisasi konkret dari program-program yang akan dijalankan oleh Dana Integrasi Jepang-ASEAN tersebut. Hingga saat ini infeksi virus flu burung pada manusia masih terjadi di Indonesia. Dari sekitar 400 pasien yang diobservasi karena diduga terinfeksi virus AI, 34 diantaranya dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung menurut Laboratorium Rujukan WHO di Hongkong dan dari 34 pasien yang positif tersebut 25 diantaranya meninggal dunia. Data terkini dari Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan menyebutkan saat ini satu pasien laki-laki asal Tangerang dengan inisial M (30) juga dinyatakan positif terinfeksi virus H5N1 oleh laboratorium lokal.

Copyright © ANTARA 2006