keikutsertaan industri farmasi di Indonesia dalam riset pengembangan produk farmasi nano sangat direkomendasikan
Depok (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) Prof. apt. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Ph.D. merekomendasikan pemanfaatan nanoteknologi guna meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keefektivasan obat.

"Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan obat terkait formulasi dan produk, maka dapat dikembangkan suatu sistem penghantaran obat maju (advanced drug delivery system) menggunakan nanoteknologi farmasi dengan rute pemberian obat yang lebih optimal," ujar Prof. apt. Silvia Surini di Kampus UI Depok, Senin

Menurutnya, nanoteknologi farmasetika menjadi salah satu solusi yang menjanjikan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan keefektifitasan obat.

Ia mengatakan, dari riset-riset yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa pemanfaatan nanoteknologi dalam pengembangan produk farmasi terkini dengan sistem penghantaran obat maju sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk-produk farmasi terkini yang aman, nyaman, efektif, dan inovatif.

"Keikutsertaan industri farmasi di Indonesia dalam riset pengembangan produk farmasi nano sangat direkomendasikan agar muncul banyak inovasi dan percepatan pengembangan formula dan produk farmasi berbasis nanoteknologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah demi menjamin keamanan dan keefektifan produk," ujar Prof. Silvia.

Pada era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, produk-produk farmasi berkembang pesat, baik dari bentuk sediaannya maupun jenis sistem penghantaran obat dengan menggunakan beragam teknologi farmasi.

Baca juga: Fakultas Farmasi UI beri penyuluhan kesehatan kepada warga Bogor
Baca juga: Kuliah umum Farmasi UI hadirkan pembicara dari Jepang

Perkembangan produk farmasi merupakan proses panjang, dimulai dari penemuan zat aktif obat baru, perancangan formula produk baru, desain mutu produk, dan studi preklinis serta klinis.

Dalam pengembangan produk menjadi farmasi, dimulai dari studi praformulasi yang berisi pertimbangan-pertimbangan dalam merancang bentuk sediaan. Dari studi tersebut diketahui bahwa tidak semua zat aktif obat dengan mudah terlarut dan terabsorpsi sampai ke sirkulasi sistemik. Ada hal-hal dari karakteristik intrinsik zat aktif itu sendiri yang mempengaruhi sifat fisikokimia dan biofarmasetikanya.

Prof. Silvia resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia (FF UI). Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin Sekretaris Dewan Guru Besar (DGB) UI, Prof. Dr. drg. Indang Trihandini, M.Kes.

Prof Silvia mendapatkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) atas proses pembuatan ekstrak kaya karantin dari buah pare (Momordica charantia L.) dengan metode Ionic Liquid-Ultrasound Assisted Extraction (2022), metode isolasi polimer mucilage polisakarida dari rumput laut (Gracilaria verrucosa) sebagai superdisintegran (2021), dan esterifikasi pregelatinasi pati singkong propionate sebagai bahan penyalut sediaan farmasi (2013).

Baca juga: BPOM sebut empat obat mendapat izin sebagai terapi COVID-19

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022