Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani memaparkan berbagai peristiwa ekonomi yang dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia sepanjang tahun 2022.

Kepada Antara di Jakarta, Senin, dia mengatakan Indonesia bisa belajar untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat pada komoditas tertentu pada saat mendapat keuntungan, adanya windfall effect atau kenaikan harga komoditas di tingkat global.

“Gejolak ekspor kita membaik (2022). Namun di sisi lain pemerintah masih melakukan pengaturan harga, terutama pada komoditi CPO saat itu, sehingga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat,” kata Nuri.

Lebih lanjut, kata dia, Indonesia bisa belajar untuk lebih memperhitungkan dalam penyusunan asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berkaca dari peristiwa melonjaknya harga minyak mentah dunia pada pertengahan 2022 yang melampaui asumsi APBN 2022.

“Masalah bahan bakar minyak mentah yang melonjak pada pertengahan tahun (2022) juga perlu menjadi pelajaran dengan menambah asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia agar tidak terjadi lagi kerugian APBN,” kata Nuri.

Baca juga: Sri Mulyani: Potensi resesi global akan pengaruhi harga minyak di 2023

Adapun berbagai pelajaran tersebut, menurutnya, bisa menjadi bekal Indonesia untuk menghadapi 2023, yang mana Bank Dunia memperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi akibat adanya krisis yang melanda negara-negara maju.

Sementara Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky saat dihubungi Antara di hari sama, mengatakan Indonesia bisa belajar terkait perlunya transformasi energi dan subsidi di dalam negeri di tengah adanya kenaikan harga komoditas di tingkat global, khususnya minyak mentah.

“Ketidakpastian yang tinggi dari tensi geopolitik juga bisa menjadi pelajaran bahwa resiliensi (ketahanan) eksternal perlu terus dijaga oleh Indonesia,” lanjut Riefky.

Dalam kesempatan ini dia mengatakan Indonesia perlu langkah antisipatif untuk menghadapi normalisasi kebijakan fiskal dan ancaman pengetatan kebijakan moneter pada tahun 2023.

Baca juga: Ekonom sebut kebijakan fiskal perlu fleksibel antisipasi perubahan

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022