Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa (European Union/UE) berpotensi menghadapi "tekanan signifikan" pada sistem layanan kesehatan dalam beberapa bulan ke depan, demikian diperingatkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Centre for Disease Prevention and Control/ECDC) pada Senin (12/12).

Dalam penilaian risiko terbaru yang dipublikasikan pada Senin, ECDC mengatakan tekanan akan datang dari "penyebaran bersamaan" yang melibatkan virus influenza, SARS-CoV-2, dan respiratory syncytial virus (RSV).

"Musim perayaan akhir tahun selalu dikaitkan dengan berbagai kegiatan seperti pertemuan sosial, berbelanja, dan bepergian, yang memunculkan risiko tambahan signifikan untuk penularan RSV dan virus pernapasan lainnya," kata Direktur ECDC Andrea Ammon.
 
   


Infeksi RSV pada periode ini di tahun ini bukanlah hal yang mengejutkan, tetapi tahun ini gelombang infeksi telah terjadi lebih cepat dengan jumlah yang lebih tinggi dibanding periode prapandemi, serta secara proporsional berdampak terhadap lebih banyak anak, kata ECDC.

Negara-negara UE/EEA juga menghadapi musim influenza lebih awal, dan juga potensi lonjakan kembali COVID-19 setelah selama beberapa pekan mencatat penurunan kasus infeksi dan rawat inap, tambah ECDC.

Selain peningkatan jumlah pasien rawat inap, penyebaran RSV, virus influenza, SARS-CoV-2, dan virus-virus pernapasan lainnya secara bersamaan dapat menyebabkan kekurangan staf akibat cuti sakit.

Mempertahankan rasio staf terhadap pasien yang memadai, terutama di unit perawatan intensif (ICU), sangat penting untuk menjaga keselamatan pasien dan kualitas perawatan, demikian ECDC menekankan.
 
  

Beberapa negara UE/EEA mencatat tingkat penyebaran RSV yang tinggi, dan jumlah kasus infeksi pernapasan akut parah (severe acute respiratory infections/SARI) akibat infeksi RSV juga meningkat. 

"Penguatan sistem perawatan kesehatan dan bantuan bagi para tenaga kesehatan harus diprioritaskan karena adanya risiko tekanan yang berat terhadap sistem perawatan kesehatan kita dalam beberapa pekan dan bulan mendatang. Vaksinasi influenza dan COVID-19 juga harus menjadi prioritas di kalangan kelompok berisiko," imbuh Ammon.  

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022