Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, memiliki beragam objek wisata dan potensi lokal yang luar biasa apabila dikembangkan dengan maksimal, karena terdapat sumber daya alam yang sangat eksotis berpadu dengan kearifan lokal.

Di pesisir selatan Jember terdapat Pantai Tanjung Pasir Putih Malikan (Papuma) yang keindahannya sudah tersohor luas, bahkan pada Februari 2015, laman perjalanan TripAdvisor mengumumkan pemenang "Travelers Choice 2015" mengenai 10 pantai terbaik dunia, salah satunya adalah Pantai Tanjung Papuma di Kabupaten Jember.

Letak pantai yang agak menjorok ke laut atau disebut tanjung itu menjadi salah satu daya tarik tersendiri, dengan beberapa batu karang besar yang disebut Malikan. Batu karang itu semakin menambah eksotis pesona pantai tersebut.

Ciri khas dari Pantai Papuma juga terletak pada bukit yang menjulang bernama Siti Inggil, sehingga wisatawan dapat menyaksikan panorama pantai, pulau-pulau bebatuan karang, hutan, dan laut biru yang membentang. Sungguh keindahan alam yang sempurna.

Sejumlah wartawan yang tergabung dalam Himpunan Anak Media (HAM) Jakarta yang sedang merayakan HUT ke-15 di Jember juga dibuat terpukau dengan keindahan Pantai Papuma yang menarik nan eksotis.

Puluhan wartawan itu juga sangat menikmati perjalanan ke sejumlah objek wisata yang sangat mengesankan dan sambutan dari Bupati Jember Hendy Siswanto.

Kawasan pantai pasir putih yang indah berpadu dengan kawasan hutan lindung yang masih terjaga keasliannya, menjadikan lokai itu sebagai salah satu "surga" bagi penggemar fotografi.

Hanya di Pantai Tanjung Papuma, wisatawan dapat melihat matahari terbit (sunrise) di pagi hari serta matahari terbenam (sunset) di sore hari sekaligus, sehingga tidak heran wisatawan betah mengunjungi pantai pesisir selatan Jember itu.

Sayang, eksotisnya pantai yang berada di Kecamatan Wuluhan atau 45 kilometer dari pusat Kota Jember itu belum mampu menarik wisatawan mancanegara, sehingga pemerintah daerah dan Perhutani sebagai pengelola pantai itu punya "PR" besar untuk hal tersebut.

Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan pihaknya memiliki banyak objek wisata menarik yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, salah satunya Pantai Papuma yang dikelola Perhutani menjadi primadona wisatawan domestik.

Selain itu, ada beberapa pantai yang juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi, yakni Pantai Watu Ulo, Pantai Payangan, Teluk Love, dan Pantai Bandealit yang berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri.

Tidak hanya wisata bahari, Kabupaten Jember juga memiliki wisata alam yang berada di kawasan dataran tinggi, seperti Puncak Rembangan yang berada di ketinggian 600 meter di permukaan laut (mdpl). Di kawasan tersebut ada bangunan peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1937 oleh Mr Hofside.

Jember yang dikenal sebagai Kota Tembakau juga memiliki objek wisata Museum Tembakau sebagai wujud identitas kota tersebut, sehingga wisatawan bisa mengenal sejarah tembakau, beragam jenis dan kualitas tembakau, dan produk diversifikasi tembakau yang belum banyak diketahui masyarakat.

Museum itu juga dilengkapi miniatur gudang atak, gudang pengeringan tembakau, dan juga cangkul milik George Birnie, warga negara Belanda keturunan Skotlandia yang membuka perusahaan perkebunan tembakau pertama di Jember tahun 1850.

Berbicara tembakau, tentu tidak lengkap tanpa adanya cerutu karena cerutu Jember menjadi salah satu cerutu terbaik yang diekspor ke sejumlah negara di Eropa, sehingga muncul Agrowisata Cerutu yang dikembangkan oleh PT Boss Image Nusantara (BIN) Cigar milik Febri Ananta Kahar.

BIN Cigar saat ini telah memiliki 24 merek dagang dan produknya laris manis telah diekspor ke 15 negara. Konon, produk cerutu itu tidak kalah dengan produksi dari Kuba karena mereka pandai memodifikasi rasa dan meniru rasa Cigar dari Kuba.

Hendy menjelaskan bahwa pengembangan objek wisata tersebut juga melekat kearifan lokal yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Keunikan tersebut yang menjadi bagian penting untuk menghidupkan wisata di daerah.


Industri kreatif mendunia

Kabupaten Jember tidak hanya dikenal memiliki potensi alam yang luar biasa, namun punya ikon industri kreatif yang sudah mendunia, yakni Jember Fashion Carnival (JFC), yang diinisiasi oleh almarhum sang maestro Dynand Faris.

Kegiatan peragaan busana yang didesain oleh peserta sendiri dan ditampilkan dalam catwalk sepanjang 3,6 kilometer itu mampu menghipnotis penonton tidak hanya wisatawan domestik, namun wisatawan asing.

Busana yang spektakuler hasil karya anak-anak Jember itu tidak hanya kaleng-kaleng, bahkan sudah diakui oleh dunia internasional karena JFC telah berhasil meraih peringkat empat dunia untuk karnaval terunik dan terheboh, setelah Mardi Gras (Amerika Serikat), Rio De Jeneiro (Brazil), dan The Fastnacht (Koln, Jerman).

Lagi-lagi kearifan lokal juga harus dipertimbangkan dalam pengembangan industri kreatif dalam ajang JFC, para talent yang berlenggak-lenggok di catwalk harus memperhatikan faktor kesopanan busana karena Jember juga dikenal sebagai kota religius.

Pemerintah Kabupaten Jember juga sudah menjadikan ikon Jember sebagai kota karnaval dunia, sehingga tidak heran jika kegiatan tersebut mampu menggerakkan perekonomian kota Jember secara signifikan baik di bidang perhotelan, restoran, dan UMKM.

Tingkat hunian kamar hotel baik bintang maupun nonbintang selalu penuh saat kegiatan JFC digelar, bahkan tidak jarang wisatawan yang tidak mendapatkan hotel di Jember harus menginap di kabupaten tetangga hanya untuk menyaksikan peragaan busana spektakuler itu.

Tidak hanya JFC yang menjadi agenda tahunan di Jember, namun Festival Jember Kota Cerutu Indonesia (JKCI) juga menjadi salah satu ajang yang selalu ditunggu oleh delegasi berbagai negara dan selalu ada pembeli yang tertarik untuk membeli cerutu terbaik Jember itu.

Beberapa duta Besar dan perwakilan negara hadir di JKCI yang digelar pada tahun 2022, di antaranya Argentina, Republik Ceko, Zimbabwe, Nigeria, Serbia, Kuba, Bahrain, , Atase Imigrasi Kedutaan Besar Yaman, dan perwakilan Emmbasy Uzbekistan.

Meskipun demikian, industri kreatif yang dikemas para putra daerah Jember yang spektakuler masih belum mampu mendongkrak kunjungan wisatawan secara konsisten datang ke Kota Pandhalungan itu.

Bupati Hendy mengakui bahwa kendala yang dihadapi adalah persoalan infrastruktur dan akses yang masih belum mudah ke Kabupaten Jember karena tidak ada penerbangan komersial menuju Kota Tembakau itu.

Wisatawan harus melakukan perjalanan darat dari Surabaya menuju ke Jember dengan jarak tempuh 195 km atau sekitar 4 hingga 5 jam, terkadang kemacetan bisa terjadi di sejumlah titik ruas jalan yang menambah waktu semakin lama.

Untuk itu, Hendy akan menyewa pesawat Grand Caravan 208 B untuk menghidupkan Bandara Notohadinegoro di Kabupaten Jember, karena sudah lama tidak ada penerbangan komersial di bandara tersebut.

"Insya Allah pada 1 Januari 2023 ada penerbangan komersial dengan menggunakan pesawat carter Grand Caravan 208 B dengan jumlah penumpang sembilan orang," katanya.

Kendati demikian, ia juga meminta semua pihak ikut membantu untuk mendongkrak sektor pariwisata dan industri kreatif agar sektor perekonomian bisa bangkit dan pulih lebih cepat.

Program "Jember Kuereen" juga sudah digagas sebagai strategi pemkab untuk membangkitkan rasa bangga dan optimisme masyarakat Jember atas segala potensi yang ditawarkan.

Dengan adanya program itu diharapkan tercapainya Jember makmur yang sejahtera melalui penerapan visi Pemkab Jember yaitu sinergi, kolaborasi dan akselerasi dengan mengembangkan sektor pariwisata.

Konsekuensi yang harus ditindaklanjuti secara konsisten dengan komitmen penuh adalah mendorong potensi Jember untuk menerapkan tiga semangat tersebut sebagai landasan bergeraknya Jember di segala sektor.


 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022