Filosofi yang disampaikan Menkdikbudristek dari awal adalah gotong royong. Pemerintah bukan satu-satunya yang paling tahu pendidikan harus bagaimana, pemerintah bukan satu-satunya yang paling bisa melakukan transformasi
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril mengatakan, Program Organisasi Penggerak (POP) merupakan upaya gotong royong untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

"Filosofi yang disampaikan Menkdikbudristek dari awal adalah gotong royong. Pemerintah bukan satu-satunya yang paling tahu pendidikan harus bagaimana, pemerintah bukan satu-satunya yang paling bisa melakukan transformasi," katanya dalam Seminar Nasional "Gotong Royong Memajukan Pendidikan melalui Program Organisasi Penggerak" yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Menurut dia di Indonesia ada banyak pemangku kepentingan yang bergerak sendiri melakukan perubahan termasuk di dunia pendidikan dengan idealisme masing-masing.

"Saya merasakan sebuah idealisme yang sangat kuat. Saya melihat bapak ibu bergerak meski dalam kondisi yang sangat terbatas, dengan berbagai kondisi yang dihadapi sesuai dinamika di daerahnya," katanya.

Untuk itu, kata dia, pemerintah ingin menghimpun kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh para pemangku kepentingan tersebut untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Jurus-jurusnya sudah banyak dikuasai oleh berbagai macam organisasi dan sudah membuktikan kita bisa berubah, bisa kok literasi itu diperbaiki, numerasi itu ditingkatkan, dan karakter itu dibenahi. Kemudian kita himpun dalam satu kekuatan, dalam filosofi gotong royong," katanya.

Ia melanjutkan, pemerintah juga tentu akan mendukung program-program yang dijalankan oleh para pemangku kepentingan tersebut agar memiliki jangkauan yang lebih luas, jika memang terbukti memiliki dampak baik bagi keberlangsungan pendidikan.

"Kalau biasanya satu atau dua sekolah, coba 20, 50, 100 sekolah. Kalau bisa membuktikan, track record-nya bagus jangan sedikit-sedikit, karena kalau sedikit aja enggak akan cepat bergeraknya," katanya.

"Nanti kita bandingkan, jurus mana yang lebih efisien dan efektif untuk kondisi daerah. Kalau daerah lain mungkin jurusnya berbeda, Indonesia tidak bisa satu cara untuk semua," imbuhnya.

Ke depan, ia berharap praktik-praktik baik dari pelaksanaan POP dapat menyebar dan menggerakkan organisasi-organisasi lain untuk turut berkontribusi memajukan pendidikan di Indonesia.

"Saya harapkan praktik-praktik baik itu menyebar. Namanya penggerak itu filosofinya gotong royong. Kita maju bersama-sama. Yang sudah ayok bantu yang lain yang belum, sehingga kita saling menguatkan," demikian Iwan Syahril.

Baca juga: Kemendikbud dukung ormas pendidikan lebih berdaya melalui Program POP

Baca juga: HNW: Jangan abaikan peran NU-Muhammadiyah sebagai penggerak pendidikan

Baca juga: Program Organisasi Penggerak percepat transformasi pendidikan

Baca juga: Muhammadiyah tuntut transparansi Kemdikbud soal hibah ormas

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022