Singapura (ANTARA) - Dolar terancam di awal sesi Asia pada Kamis pagi, bahkan ketika Federal Reserve mempertahankan retorika hawkish-nya setelah menaikkan suku bunga setengah poin persentase, karena investor meragukan seberapa besar komitmen bank sentral untuk mengerem pertumbuhan untuk menekan inflasi.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan semalam bahwa Fed akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun depan meskipun ada kemungkinan resesi di AS, dengan suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya di atas 5,0 persen.

Itu tidak banyak membantu mempertahankan reli awal ke greenback. Terhadap dolar, pound dan euro melayang di dekat level tertinggi enam bulan mereka di awal perdagangan Asia pada Kamis, setelah menyentuh level tersebut di sesi sebelumnya.

Sterling terakhir 0,1 persen lebih rendah pada 1,2415 dolar, menyusul kenaikan 0,5 persen semalam, sementara euro tergelincir 0,09 persen menjadi 1,0673 dolar, setelah juga naik 0,5 persen semalam.

Kiwi turun 0,05 persen menjadi 0,6456 dolar AS, meskipun juga tidak jauh dari puncak enam bulan di 0,6513 dolar AS yang dicapai minggu ini.

Meskipun dolar telah menerima dorongan segera setelah kenaikan suku bunga 50 basis poin Fed yang diperkirakan secara luas dan pidato Powell, greenback kemudian membalikkan beberapa keuntungannya karena pasar merenungkan prospek pertumbuhan yang semakin gelap di ekonomi terbesar dunia itu.

Kenaikan 50 basis poin menandai penurunan setelah empat kenaikan suku bunga 75 basis poin berturut-turut.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS bertahan 0,02 peren lebih tinggi di 103,68, setelah menyentuh level terendah enam bulan di sesi sebelumnya.

"The Fed tidak ingin kondisi keuangan melonggar, tetapi semakin banyak investor mengatakan: kami mendengar apa yang Anda katakan dan kami tahu apa yang Anda inginkan, tetapi kami tidak mempercayai Anda," kata Christian Hoffmann, manajer portofolio dan direktur pelaksana di Santa. Fe, Thornburg Investment Management yang berbasis di New Mexico.

Dana Fed berjangka juga menunjukkan bahwa pasar memperkirakan suku bunga AS mencapai puncaknya di bawah 5,0 persen pada Mei tahun depan.

Memicu skeptisisme pasar bahwa Fed mungkin tidak membawa suku bunga ke tingkat yang ketat seperti yang telah ditetapkan adalah keyakinan bahwa inflasi kemungkinan telah mencapai puncaknya.

Harga konsumen AS naik lebih rendah dari yang diperkirakan untuk bulan kedua berturut-turut pada November, data yang dirilis minggu ini menunjukkan, dengan harga konsumen yang mendasari naik paling sedikit dalam 15 bulan.

"Kami ragu bahwa suku bunga dana akan dipertahankan pada tingkat yang restriktif selama itu, dan saya pikir pasar, sebagai reaksinya, mungkin mendukung pandangan itu juga," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia. "Ekonomi AS akan memburuk dan mungkin berkontraksi secara moderat tahun depan, dan itu akan, pada gilirannya, mendorong FOMC untuk berbalik arah tahun depan."

Di tempat lain, Aussie terakhir 0,05 persen lebih rendah pada 0,6860 dolar AS, sementara dolar tergelincir 0,06 persen terhadap yen Jepang menjadi 135,40.

Investor sekarang mengalihkan perhatian mereka ke keputusan suku bunga oleh bank sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis, dengan kedua bank sentral diperkirakan juga akan memberikan kenaikan suku bunga masing-masing 50 basis poin.

"BoE dan ECB menghadapi banyak tantangan. Saya pikir ekonomi mereka benar-benar akan kesulitan tahun depan," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank. "Mereka harus lebih berhati-hati dengan prospek mereka dan ekonomi yang lebih lemah."

Di Selandia Baru, sementara ekonominya mengalami pertumbuhan yang sangat kuat pada kuartal ketiga, tanda-tanda perlambatan yang akan datang yang disebabkan oleh suku bunga tinggi dan penurunan harga rumah mulai terlihat.

Baca juga: Wall St berakhir lebih rendah setelah kenaikan suku bunga Fed terbaru
Baca juga: Minyak naik dua dolar di tengah perkiraan kenaikan permintaan 2023
Baca juga: Harga emas jatuh 6,80 dolar jelang pengumuman FOMC


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022