Jakarta (ANTARA) - Infeksi ulang COVID-19 menimbulkan risiko kematian, rawat inap, dan masalah kesehatan yang serius lebih besar daripada infeksi pertama, menurut sebuah studi dari University School of Medicine di St. Louis.

“Infeksi ulang COVID-19 meningkatkan risiko hasil akut dan COVID-19 jangka panjang,” kata Dr. Ziyad Al-Aly kepada VOA dan disiarkan Medical Daily beberapa waktu lalu.

Dalam studinya, Al-Aly berupaya mencari tahu apakah infeksi ulang menambah risiko yang ditimbulkan setelah infeksi pertama. Dia dan tim menemukan berdasarkan jumlah infeksi, risiko kumulatif dan beban infeksi berulang meningkat, risiko kematian, rawat inap, dan masalah kesehatan serius lebih besar pada infeksi ulang.

Al-Aly mencatat risikonya terbukti pada orang yang tidak divaksinasi, divaksinasi, dan mendapatkan booster atau penguat.

Untuk penelitian tersebut, Al-Aly dan rekannya memeriksa data dari Department of Veterans Affairs Amerika Serikat dari 1 Maret 2020 hingga 6 April 2022.

Data dikumpulkan dari 443.588 pasien yang mengalami satu kali infeksi COVID-19 dan 40.947 pasien dengan dua atau lebih infeksi ulang.

“Bahkan jika seseorang memiliki infeksi sebelumnya dan telah divaksinasi – artinya mereka memiliki kekebalan ganda dari infeksi sebelumnya ditambah vaksin, mereka masih rentan terhadap hasil buruk setelah infeksi ulang,” ujar Al-Aly.

Temuan studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine. Tim mendesak komunitas medis untuk membuat strategi pencegahan infeksi ulang guna mengurangi keseluruhan beban kematian dan penyakit parah akibat virus.

Kemudian, menjelang musim liburan, saat banyak orang akan bepergian dan menghadiri pertemuan dalam ruangan, Al-Aly mengingatkan setiap orang agar mewaspadai dampak serius infeksi ulang untuk menghindari penularan berulang.

Tindakan pencegahan masih sama seperti saat pandemi dimulai. Al-Aly mengingatkan semua orang sebaiknya memakai masker saat bepergian dan tinggal di dalam rumah.

Baca juga: Wanita dengan IMT tinggi berisiko lebih tinggi alami long-COVID-19

Baca juga: Survei di AS: Long COVID lebih berdampak pada wanita dibanding pria

Baca juga: Studi: Long COVID 12 bulan masih dapat terasa sampai 18 bulan

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022