Jakarta (ANTARA News) - Pengamat intelijen Wawan H.Purwanto berpendapat, aksi massa seperti gerakan buruh diperkirakan akan terus berlangsung hingga Juni untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Karenanya, peringatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Amman wajar-wajar saja, katanya di Jakarta, Kamis, menanggapi peringatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada kelompok-kelompok yang belum ikhlas menerima hasil Pemilu 2004 agar tidak melakukan tindakan apapun juga yang tidak kondusif bagi pembangunan. "Buruh-buruh itu ada yang menggerakkan dengan sasaran menggulingkan pemerintah. Arahnya memang ke SBY-JK (Jusuf Kalla) sehingga wajar Presiden memberikan statemen seperti itu," katanya lagi. Gerakan-gerakan massa yang bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah itu hanya akan mengorbankan rakyat, kata Wawan. "Akan lebih baik, tunggulah sampai 2009 sehingga pembangunan dapat berjalan baik, dan bagi yang tidak puas, tolong berjuang dalam koridor demokrasi (melalui Pemilihan Presiden langsung) 2009. Itu lebih elegan. Ya berbenah diri sajalah," katanya. Hanya saja, menurut Wawan, "ada pihak-pihak yang kebelet" karena terbentur usia ketika mereka harus bertarung pada Pemilihan Presiden langsung 2009. "Tapi kurang etis kalau disebutkan (nama-nama mereka), tapi masyarakat dapat meraba-raba siapa mereka," katanya. Seharusnya semua pihak menghormati aturan main yang telah disepakati bangsa ini ketika mereka memilih payung demokrasi dan reformasi, katanya. Berbeda dengan penilaian Wawan, Ketua MPR Hidayat Nurwahid mengatakan, ia tidak yakin bahwa aksi tersebut ditungganggi pihak tertentu, termasuk pihak yang tidak ikhlas atas hasil Pemilu 2004, walaupun ia bisa memahami kekecewaan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai aksi buruh, Rabu (3/5) yang cenderung anarkhis. Wakil Ketua MPR-RI, AM Fatwa yang dihubungi secara terpisah mengatakan, peringatan Presiden Yudhoyono menjadi bukti bahwa budaya "siap menang dan siap kalah" belum tumbuh di Tanah Air. "Kita dapat memahami pernyataan itu. Kita pun dapat meraba-raba dan merasakan arah (peringatan itu), tetapi (kita) tidak bisa tunjuk hidung. Saya berharap Presiden tetap bersikap elegan dan rendah hati, namun tegas dan tidak usah ragu-ragu," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006