Tanjungpinang (ANTARA) -
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Tanjungpinang mengimbau pengguna transportasi laut di Perairan Natuna, Kepulauan Riau, agar mewaspadai gelombang tinggi hingga enam meter.

Prakirawan BMKG Tanjungpinang Robbi A Anugraha di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan gelombang laut di Natuna dipengaruhi angin utara yang memasuki wilayah Indonesia. Pada dasarnya, tinggi gelombang laut sebagai akibat dari hembusan atau pergerakan angin di permukaan.

"Penyebab tinggi gelombang laut di Natuna karena merupakan pulau terluar di wilayah Kepri yang berada di Laut China Selatan (utara Indonesia), sehingga secara langsung terkena dampak dari hembusan angin utara," katanya.

Baca juga: BMKG: Waspada gelombang tinggi hingga enam meter di perairan Indonesia

Robbi menambahkan, peringatan dini juga ditujukan kepada pengguna transportasi laut di Perairan Kepulauan Anambas dan Kabupaten Bintan. Perairan Anambas juga berbatasan dengan Laut China Selatan.

Tinggi gelombang laut di Anambas mencapai empat meter dan Bintan 2,5 meter. Kondisi itu, menurut dia, cukup membahayakan keselamatan pengguna transportasi laut, terutama kapal yang berukuran kecil dan sedang.

Ia mengimbau masyarakat, terutama nelayan tradisional dan para pengguna jasa lalu lintas transportasi laut agar selalu waspada serta hati-hati, jangan memaksakan beraktivitas di laut jika gelombang laut sedang tinggi.

Baca juga: Gelombang tinggi berpeluang menyambangi wilayah perairan Indonesia

"Jika tidak memungkinkan melaut, jangan memaksakan diri. Selalu memantau serta memperhatikan kondisi tinggi gelombang saat ini," katanya.

Masyarakat dapat mengakses prediksi tinggi gelombang dapat melalui situs BMKG di alamat https://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs-static.

Kepala Dinas Perhubungan Kepri Junaidi mengatakan seluruh kapal komersial tidak diizinkan untuk berlayar jika kondisi cuaca tidak memungkinkan.

Baca juga: Masyarakat pesisir diminta waspada gelombang tinggi hingga empat meter

"Kami selalu berkoordinasi dengan BMKG untuk memastikan apakah gelombang laut memungkinkan kapal untuk berlayar atau tidak," ujarnya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022