Capaian Rekor MURI Tari Remo Massal itu, sebagai pembuka diwajibkannya ekstrakurikuler tersebut
Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyatakan Tari Remo masuk ekstrakurikuler wajib untuk pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Ibu Kota Jawa Timur itu menjelang semester genap.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh dalam taklimat media di Surabaya, Senin, mengatakan, penerapan tersebut dilaksanakan setelah Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat 65.946 pelajar menari Remo massal di 10 ikon bersejarah dan 2 jembatan terbanyak di Kota Pahlawan pada Ahad (18/12).

"Capaian Rekor MURI Tari Remo Massal itu, sebagai pembuka diwajibkannya ekstrakurikuler tersebut," kata dia.

Sejauh ini, lanjut dia, sebenarnya sudah ada ratusan lebih sekolah yang mempunyai ekstrakurikuler Tari Remo, namun belum diwajibkan. "Setelah ini akan kami rutinkan dan pendalaman soal Tari Remo," katanya.

Dengan diwajibkannya Tari Remo sebagai ekstrakurikuler, lanjut dia, diharapkan remaja Kota Pahlawan lebih banyak memanfaatkan waktu untuk berkegiatan positif di sekolah. Selain itu, pelajar Surabaya ke depannya akan tahu nilai-nilai budaya dan filosofi dari Tari Remo.

"Dengan cara ini, maka nilai-nilai budaya itu secara tidak langsung tertanam sejak dini di dalam diri para pelajar," kata Yusuf Masruh.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya menyampaikan, ketika Tari Remo menjadi ekstrakurikuler wajib, maka budaya asli Jawa Timur ini tidak akan mudah terlupakan. Melalui Tari Remo, dia yakin, "Budaya Arek" bisa dipertahankan di Kota Surabaya.

"Boleh ada budaya asing di Surabaya, tapi budaya asli Jawa Timur yang menceritakan kepahlawanan melawan penjajah "Remo" itu ada di hati mereka (pelajar). Saya yakin, kalau itu tertanam di hatinya para pelajar, maka akan memiliki pribadi yang kuat," kata Cak Eri panggilan akrabnya.

Ia menjelaskan, peran sekolah dalam memperkenalkan dan menjaga "Budaya Arek" di Kota Surabaya, dinilai mampu memastikan bahwa Tari Remo adalah salah satu budaya kebanggan Arek-Arek Suroboyo.

Dia pun berpesan, masyarakat Kota Surabaya tidak boleh lupa dengan sejarah yakni, harus memperkuat budaya lokal.

"Seperti pelaksanaan Tari Remo massal, kenapa kami gunakan 10 bersejarah di Surabaya. Karena kami ingin menanamkan jiwa kepahlawanan, bahkan Tari Remo Massal ini juga digelar di halaman sekolah. Karena Tari Remo bukan dilihat dari kostumnya, akan tetapi makna dari tari itu adalah filosofinya," demikian Eri Cahyadi.

Baca juga: Surabaya sukses pecahkan rekor Muri kategori Superlatif Tari Remo

Baca juga: Festival Tari Remo-Yosakoi digelar di Surabaya

Baca juga: Puluhan ribu warga di Surabaya sukseskan Tari Remo masuk MURI

Baca juga: "Jawa Timuran" sedot perhatian mahasiswa asing di Guangxi

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022