Jakarta (ANTARA) - Tantangan global dan nasional yang dihadapi Tentara Nasional Indonesia (TNI) tampak semakin rumit. Negara-negara NATO cenderung terprovokasi dalam konflik Ukraina-Rusia. Sejumlah pihak memprediksi eskalasi konflik bakal meningkat. China, dengan kekuatan angkatan lautnya, semakin mendominasi di kawasan Asia Pasifik. Koalisi negara yang tergabung dalam QUAD dan AUKUS menambah keruh suasana percaturan militer di kawasan Asia Pasifik.

Di luar itu, isu strategis lain, seperti persaingan dagang dan investasi, dampak perubahan iklim, ancaman wabah penyakit dan biosecurity, serangan siber, serta kelangkaan pangan dan energi akan terus membayang-bayangi pengambilan kebijakan nasional.

Sementara, di dalam negeri tak kalah seru. Ideologi trans-nasional akan mendapatkan momentumnya pada Pemilu 2024. Demikian halnya dengan gangguan terhadap pemindahan Ibu Kota Negara. Juga, TNI dituntut untuk memberi perhatian terhadap penanganan bencana alam dan nonalam. Ini semua dapat terjadi sekaligus.

Gambaran lingkungan strategis ini menunjukkan betapa kompleks potensi gangguan dan ancaman terhadap pertahanan negara, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Kemampuan garda terdepan pertahanan negara, yaitu TNI, dalam membaca dan menyusun langkah antisipasi menentukan dinamika pertahanan nasional di masa mendatang.

Visi Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, dalam pandangan penulis, cukup kuat untuk menjawab berbagai potensi gangguan dan ancaman di atas. Hal demikian tampak sinkron dengan harapan publik yang dinyatakan dalam jajak pendapat Kompas pada 12 Desember 2022 bahwa 85,9 % responden menyatakan optimistis dan sangat optimistis dengan TNI di bawah kepemimpinan Laksamana Yudo.

Dalam organisasi, visi ini penting untuk menyatukan persepsi, pandangan dan arah gerak seluruh kesatuan dalam tubuh TNI itu sendiri. Secara internal, Panglima TNI menyadari betul bahwa personel tentara dan organisasi TNI diperkuat terlebih dahulu sebelum menyasar strategi ke luar dan kerja sama dengan pihak-pihak lain.

Sejak kemerdekaan NKRI 1945, TNI selalu mendapatkan tempat di hati rakyat. Visi TNI kuat, rakyat bermartabat menambah kontekstualitas dan relevansi TNI di tengah-tengah rakyat. Pertama-tama, dalam membangun hubungan dengan rakyat, visi tersebut diterjemahkan dalam "TNI Humanis". Visi "TNI Humanis" tak hanya dilihat sebagai upaya membumikan personel tentara, tetapi juga mendorong peran mereka di tengah-tengah rakyat.

Sebagaimana prediksi sejumlah ahli, kondisi yang akan dihadapi oleh rakyat di tahun-tahun mendatang akan semakin sulit. TNI diharapkan untuk hadir sebagai problem solver, memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat dan tidak bersikap arogan. Keberterimaan TNI oleh rakyat adalah prasyarat utama.

TNI Humanis, pada akhirnya memberikan basis yang kuat bagi TNI untuk menjalankan peran pengamanan pembangunan nasional dan memberikan rasa aman kepada rakyat. Ini basis pertama untuk membangun TNI kuat, rakyat bermartabat.

Di dalam tubuh TNI, visi TNI kuat, rakyat bermartabat diterjemahkan dalam “Patriot”, yaitu prajurit TNI profesional, modern dan tangguh. Tiga kata yang merepresentasikan sekaligus menunjukkan bahwa implementasi Revolution in Military Affairs (RMA) digunakan sebagai kerangka reformasi TNI, yaitu SDM (profesional dan tangguh), doktrin organisasi (tangguh), alutsista (modern). Ini menunjukkan bahwa kerangka RMA semakin relevan untuk digunakan oleh TNI dalam menuntun orientasi pertahanan militer di masa mendatang.

Kesadaran bahwa industri pertahanan berjalan pada rel yang benar, membawa Panglima TNI fokus untuk memperkuat SDM tentara, doktrin operasional, doktrin operasi gabungan, serta doktrin organisasi. Pilihan ini cukup rasional mengingat peranan dan profesionalisme personel dalam menggunakan alutsista modern yang didukung dengan transformasi doktrin militer menentukan keberhasilan tugas TNI.

Doktrin utama yang diterapkan pada level personel tentara dan organisasi TNI disebut "kesiapan dan kesiagaan TNI". Indikator keberhasilan TNI dalam menjalankan tugas, tidak lagi dihitung dari kuantitas menjadi kualitas, tetapi lebih dari itu: kesiapsiagaan dari hitungan hari menjadi hitungan jam. Artinya, jika ada serangan militer, maka TNI sudah siap menghadapi serangan tersebut dalam hitungan jam. Konsep perubahan ini cukup radikal.

Dengan pemangku kepentingan lain, visi TNI kuat, rakyat bermartabat diwujudkan dalam sinergi. Untuk dapat membangun postur kekuatan pertahanan negara yang kuat dan tangguh, seluruh komponen kekuatan pertahanan negara perlu bersinergi, termasuk dalam upaya pembangunan, pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI sebagai komponen utama pertahanan negara.

Sinergisitas ini menciptakan tiga perisai pertahanan, yaitu, “perisai pertahanan negara” yang diperoleh dari keterpaduan komponen internal TNI, soliditas dan loyalitas tegak lurus prajurit TNI; “perisai keamanan dan ketertiban nasional” yang dihasilkan dari sinergi TNI dengan POLRI; dan “perisai multidimensi” yang merupakan hasil dari sinergi antara TNI dengan kementerian, lembaga dan badan Lainnya. Sinergi menciptakan satu kesatuan pertahanan antara yang lebih seimbang, harmoni dan terintegrasi.

Secara global, visi TNI kuat, rakyat bermartabat diejawantahkan dalam penguatan peran TNI dalam diplomasi. Secara politik, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif. Dalam konteks militer, dalam bentuk pertahanan negara defensif aktif. Secara proaktif, TNI menjaga hubungan baik dan meningkatkan kerjasama dengan angkatan bersenjata negara-negara anggota ASEAN, kawasan Asia Pasifik serta kawasan lainnya. Selain itu, TNI aktif berpartisipasi menjaga ketertiban dunia melalui operasi perdamaian PBB.

Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya adalah laut, berbentuk negara kepulauan, dan memiliki sumber daya alam melimpah, diplomasi militer dibebankan kepada TNI Angkatan Laut. Dengan kekuatan sinergi antarmatra, pilihan ini cukup rasional merujuk pada lingkungan strategis di kawasan perairan Asia Pasifik yang semakin “ramai” dengan kapal selam dan kapal perang.

Kekuatan militer Indonesia dari hari ke hari semakin diperhitungkan oleh komunitas militer internasional. Panglima TNI dengan visi TNI kuat, rakyat bermartabat diharapkan mampu menambah daya tawar (bargaining power) Indonesia, tentara dan rakyat Indonesia, di mata internasional.

Sementara di dalam negeri keyakinan publik yang tinggi terhadap Panglima TNI dalam menjaga kedaulatan negara, memberantas gerakan separatis/teroris, menjaga keamanan dan serangan siber, serta menjaga keamanan dan netralitas dalam Pemilu 2024 (Kompas:2022) memberikan amunisi yang cukup bagi Panglima TNI untuk memperkuat TNI sehingga berdampak langsung terhadap keberlanjutan pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat menuju Indonesia Emas 2045. TNI kuat, rakyat indonesia bermartabat. Selamat menjalankan tugas Panglima TNI.

*) Ngasiman Djoyonegoro adalah pengamat intelijen, pertahanan dan keamanan
 

Copyright © ANTARA 2022