Boyolali harus terus berupaya bagaimana kasus PMK bisa melandai
Boyolali (ANTARA) - Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi berawal dari laporan peternak di Desa Singosari Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada awal Mei 2022. Saat itu, jumlah ternak sapi yang positif terjangkit PMK di daerah ini sebanyak 15 ekor.

Menghadapi ancaman wabah PMK itu, Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali bergerak cepat dengan mendatangi lokasi 15 ekor sapi yang positif mengidap PMK.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakkan Kabupaten Boyolali drh. Aviany Rifdania menyebutkan dari 15 ekor itu, diambil sampel 10 ekor untuk tes laboratorium dan hasilnya positif.

Lima dari 15 ekor yang masih satu kandang otomatis tertular karena tingkat penularan PMK cepat karena mereka mempunyai gejala sama.

Disnakkan melakukan pengobatan sapi yang terjangkiti.  Virus tersebut sebenarnya tidak ada obatnya, tetapi Disnakkan menggunakan obat-obatan suportif atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi.

Juga memberikan vitamin A, D, E seperti halnya penangan kasus COVID-19. Sapi bersuhu tinggi diberikan obat penurun panas dan antibiotik untuk infeksi sekunder.

Langkah kedua, melakukan isolasi sapi yang terjangkiti agar tidak dibawa keluar atau dijual atau ada sapi lain masuk kendang.

Langkah ketiga biosecurity, membersihkan kandang dari kotoran hewan dengan disemprot disinfektan dan membatasi lalu lintas ternak.

Penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi menyebabkan hewan menjadi kurus karena tidak mau makan, sehingga produksi susunya turun.

Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati menyatakan dari semula yang dilaporkan dua sapi, setelah dicek di kandang, ada 15 sapi yang PMK, semuanya pembelian dari Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jateng.

Disnakkan Boyolali lalu melakukan sosialisasi kepada seluruh kepala desa dan peternak agar menutup seluruh pasar hewan, sebagai antisipasi agar tidak memunculkan wabah yang lebih besar. Padahal hampir semua warga di desa di Boyolali memiliki ternak sapi.

Seluruh peternak juga diminta tidak membeli sapi, apalagi yang ditawarkan dengan harga murah.

"Boyolali harus terus berupaya bagaimana kasus PMK bisa melandai," kata Lusia.

Disnakkan Kabupaten Boyolali kemudian melakukan langkah pelacakan (tracking) terhadap 4.473 ekor  ternak untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran wabah PMK. Dari pelacakan itu, 360 ekor suspek dan 21 ekor positif terpapar PMK.

Kasus PMK di Boyolali sejak 7 Mei 2022, yang awalnya 15 ekor sapi di Desa Singosari Mojoson kemudian ada penambahan tiga ekor sapi dan tiga kambing di Ampel.

Daerah yang masuk zona merah PMK dan sudah ada hewan yang dinyatakan positif PMK, yakni Kecamatan Mojosongo dan Ampel. Daerah yang masuk zona kuning ada enam kecamatan, yakni Selo, Gladaksari, Cepogo, Musuk, Tamansari, dan Karanggede.

Upaya lain yakni penyemprotan disinfektan pada semua pasar dan kandang hewan ternak. Biosecurity untuk para peternak juga dilakukan.

Upaya pencegahan, antara lain, dengan penyemprotan sarana prasarana, mulai dari pengangkutan, kendang, hingga pasar hewan yang dibantu PMI dan kepolisian untuk mencegah masuknya sapi dari luar.

 


Dapat apresiasi

Pemerintah Kabupaten Boyolali yang melakukan gerak cepat menangani PMK mendapat aprisiasi dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang kemudian meninjau lokasi wabah PMK di wilayah itu.

Mentan juga mengapresiasi langkah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan para bupati, terutama di Boyolali, dalam penanganan PMK.

Mentan menyampaikan keberhasilan itu berkat optimalisasi kekuatan medis yang ada di peternakan.

Tiga agenda yang ditetapkan Kementan, yakni darurat, temporer, dan pemulihan, sudah diterapkan di Boyolali, yang langsung masuk agenda ketiga melakukan pemulihan.

Boyolali salah satu daerah yang melakukan penanganan PMK dengan cepat sehingga tidak sampai menyebar ke daerah lainnya. Boyolali ini, daerah cukup berhasil baik kepala daerah, dinas, dan para peternak secara bersama sama menangani PMK dengan cepat.


Pasar hewan dibuka

Pemerintah Kabupaten Boyolali mulai awal November membuka kembali lima pasar hewan di daerah itum setelah wabah PMK melandai, yakni Pasar Hewan Jelok Cepogo, Pasar Hewan Purworejo Nogosari, Pasar Hewan Simo, Pasar Hewan Ampel, dan Pasar Hewan Karanggede.

Kelima pasar hewan tersebut sebelumnya sudah menyelesaikan uji coba sebanyak tiga kali dan dinilai aman untuk dibuka Kembali. Para pedagang tidak dibatasi hanya dari lokal Boyolali, tetapi boleh dari luar daerah.

Namun Disnakkan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ternak di dalam pasar dengan melakukan pengawasan dan pemeriksaan oleh dokter hewan, meski tidak sebanyak dahulu, hanya menempatkan dua petugas di pasar hewan.

Prokes hewan tetap dilakukan seperti pencelupan kaki hewan dan penyemprotan, termasuk pemeriksaan kesehatan ketika masuk pasar. Jika ditemukan terindikasi PMK, hewan kembalikan ke kandang untuk dikarantina.

Kasus PMK di Boyolali, berdasarkan data di Disnakkan setempat, selama sebulan terakhir ini tidak ada laporan dari kandang adanya PMK.

Kabupaten Boyolali melalui Disnakkan setempat menyebutkan kasus aktif Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di wilayah ini, sejak November sudah nihil atau nol kasus.

Bahkan, berdasarkan data dari Disnakkan Boyolali, per tanggal 23 Desember 2022, tercatat suspek PMK 5.849 ekor, positif 32 ekor, mati 112 ekor, potong paksa 14 ekor, sembuh dari PMK 5.634 ekor dan sisa kasus nol atau tidak ada. Jadi kasus PMK di Boyolali sudah tidak ada laporan atau nol persen.

Kendati demikian, Disnakkan Boyolali tetap mengimbau peternak untuk menjaga kebersihan lingkungan kandang dan hewan ternak yang mempunyai gejala terjangkit PMK segera diisolasi dan tidak boleh dibawa ke pasar hewan. Setelah itu, segera melaporkan ke petugas Disnakkan terdekat.

Selain itu, Disnakkan juga terus melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan penularan hewan ternak dari PMK dari kandang ke kandang peternak di Boyolali. Disnakkan masih proses vaksinasi, revaksinasi, dan sampai pada vaksin penguat pada ternak untuk menjaga kekebalan.

Penanganan PMK juga dilakukan melalui pemasangan penandaan identitas atau ear tag pada hewan ternak. Ear tag barcode ini untuk mengetahui identitas hewan ternak, populasi, kondisi Kesehatan, dan pemilik.


Jika dengan memindai (scan) akan keluar informasi tentang identitas dan kesehatan hewan termasuk vaksinasi. Jumlah ternak sapi yang sudah dipasang ear tag tercatat sebanyak 90.218 ekor.




Editor: Achmad Zaenal M







 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022