Yerusalem (ANTARA) - Benjamin Netanyahu kembali berkuasa, Kamis (29/12), sebagai perdana menteri negara itu di pucuk pimpinan koalisi ekstrem kanan.

Dalam sebuah upacara pelantikan resmi di parlemen Israel, Kamis, para anggota parlemen memberikan suara 63-54 untuk menyetujui pemerintahan baru itu.

Pemerintahan baru tersebut terdiri atas aliansi partai konservatif Likud pimpinan Netanyahu, partai propemukim Zionisme Religius yang menyerukan aneksasi Tepi Barat, Partai Kekuatan Yahudi yang pemimpinnya dihukum karena mendukung "terorisme Yahudi dan menghasut rasisme", Partai Noam yakni partai ekstrem kanan penentang hak LGBTQ, serta dua partai ultra-Ortodoks Shas dan Yudaisme Torah Bersatu.

Jajaran itu merupakan pemerintahan paling kanan dalam sejarah Israel.

"Saya mendengar seruan terus-menerus dari oposisi tentang akhir negara dan demokrasi, kami akan bertindak untuk menjadikan Israel sebuah kekuatan global yang kuat dan berkembang," kata Netanyahu kepada parlemen sebelum pelantikan resmi.

Di luar gedung parlemen tersebut, ratusan orang berunjuk rasa menyampaikan protes kepada pemerintah yang berjanji menjelang pelantikannya akan memperluas permukiman di Tepi Barat yang diduduki.

Pemerintahan baru Netanyahu itu juga akan menerapkan reformasi sistem peradilan yang luas, mengalokasikan subsidi besar-besaran untuk para sekutu agama garis kerasnya, serta meloloskan undang-undang (UU) anti-LGBTQ.

Sebelum pemilihan baru-baru ini, sekutu Netanyahu berjanji akan mengesahkan UU yang akan membatalkan persidangannya atas tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

Netanyahu, yang memimpin pemerintahan keenamnya, menjabat sebagai perdana menteri Israel sejak 1996 hingga 1999 dan kembali menjabat sejak 2009 hingga 2021, sebelum digulingkan pada Juni 2021 oleh koalisi sentris yang dibentuk oleh Yair Lapid dan Naftali Bennett.

Dia kembali terpilih pada 1 November lalu dalam pemilihan parlemen kelima di negara itu dalam waktu kurang dari empat tahun, karena tidak ada kandidat yang mengantongi cukup suara untuk membentuk koalisi mayoritas dalam pemilihan sebelumnya, sehingga menyebabkan krisis politik berkepanjangan.

Blok Netanyahu berhasil memenangkan mayoritas di parlemen Israel dengan merebut 64 kursi dari 120 kursi.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022