Kupang (ANTARA) - Sebanyak 30 kepala keluarga di Desa Naitael, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengungsi setelah rumah mereka hanyut disapu banjir bandang pada Kamis (29/12/2022) lalu.

"Masih ada 30 kepala keluarga yang mengungsi, karena rumah mereka rusak berat dan hanyut terbawa banjir bandang yang melanda dua desa di Kecamatan Fatuleu Barat pekan lalu," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kupang Semi Tinenti saat dihubungi di Kupang, Senin.

Baca juga: Puluhan rumah penduduk di Nunkurus Kabupaten Kupang terendam banjir

Ia menjelaskan para korban bencana alam banjir bandang itu pada umumnya memilih tinggal di rumah keluarga yang tidak terdampak bencana banjir bandang yang melanda Desa Naitael dan Desa Tuakau, Kecamatan Fatuleu Barat.

Dia menjelaskan Pemerintah Kabupaten Kupang telah mendistribusikan bantuan pangan serta perlengkapan sanitasi dan perlengkapan balita kepada para korban banjir di Fatuleu Barat.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Kupang telah menetapkan status tanggap darurat dalam penanganan bencana alam banjir bandang mulai 25 Desember 2022 hingga 7 Januari 2023.

Dia menambahkan dalam memudahkan koordinasi dengan berbagai pihak terkait BPBD Kabupaten Kupang telah membuka posko penanganan bencana alam selama daerah itu memasuki musim hujan.

Semi Tinenti sebagai daerah yang rawan bencana alam banjir, tanah longsor, angin kencang, kesiapsiagaan bencana setiap pihak terkait harus dilakukan agar memudahkan koordinasi apabila terjadi bencana alam.

Baca juga: Kabupaten Kupang siaga satu bencana alam

Baca juga: 29 rumah warga hilang disapu banjir bandang di Kabupaten Kupang


Sementara itu, Kepala Badan Pelaksana BPBD Nusa Tenggara Timur Ambrosius Kodo mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Kupang yang tangap dalam penanganan bencana alam yang melanda daerah itu sejak 25 Desember 2022.

"Kami mengapresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Kupang yang cepat dalam penanganan bencana alam, sehingga warga yang terdampak bencana dapat tertangani secara baik dan tepat," kata Ambrosius Kodo.

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023