Jakarta (ANTARA) - Seiring China mengoptimalkan kebijakan respons COVID-19, banyak bisnis dan investor asing mulai berinvestasi di negara itu, demikian disampaikan oleh seorang ekonom Pakistan kepada Xinhua dalam sesi wawancara baru-baru ini.

"Saya melihat banyak investasi asing masuk ke China untuk memainkan peran mereka dalam meningkatkan perdagangan dan tentu saja mereka akan mengeluarkan biaya operasional yang relatif jauh lebih rendah di China," ungkap Badiea Shaukat, seorang konsultan ekonomi di Institut Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Policy Institute), wadah pemikir yang berbasis di Islamabad.

Shaukat mengatakan bahwa optimalisasi kebijakan tersebut sangat diperlukan karena seluruh dunia sangat membutuhkan perdagangan, terutama di sektor teknologi dan kesehatan.

Dia mengatakan bahwa COVID-19 mengganggu seluruh rantai pasokan global ketika banyak negara memberlakukan pembatasan terhadap aktivitas perdagangan mereka. Namun, bisnis tetap dapat berjalan di China berkat kebijakan antipandemi yang efektif yang membantu memenuhi permintaan internasional secara signifikan.
 
   


Shaukat mengatakan optimalisasi kebijakan respons COVID-19 China akan menghasilkan pertumbuhan ekspor China yang signifikan sekaligus mendukung negara tersebut untuk meningkatkan peluang kerja, merangsang konsumsi, dan mengendalikan tingkat inflasi. 

Menurut laporan terbaru Akademi Studi Dunia Siber China, nilai dari ekonomi digital China mencapai sekitar 6,3 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.592) pada 2021, menyumbang 39,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

Ekonomi digital China, yang menduduki peringkat kedua di dunia, telah menjadi mesin pertumbuhan utama bagi negara tersebut yang kemungkinan besar akan mendongkrak aktivitas ekonomi secara keseluruhan pada 2023, katanya.

Shaukat mengatakan dunia menjadi semakin bergantung pada jaringan digital dan inklusi keuangan, dan China memiliki sebuah sistem digital yang matang.
 
   Menurut laporan terbaru Akademi Studi Dunia Siber China, nilai dari ekonomi digital China mencapai sekitar 6,3 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.592) pada 2021, menyumbang 39,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut


"Maka dengan adanya kebijakan baru, kita akan melihat dorongan besar dan kontribusi signifikan dari ekonomi digital China terhadap ekonomi digital global."

Menyoroti krisis pangan dan iklim global, Shaukat mengatakan bahwa China saat ini memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan investasi di sektor-sektor tersebut guna mengurangi dampaknya di level internasional.

Dia juga mengatakan bahwa akibat pandemi dan sejumlah besar konflik, kenaikan harga pangan internasional menjadi perhatian utama dunia. Pertumbuhan ekonomi China akan membantu mengendalikan kenaikan harga internasional, terutama inflasi pangan. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023