Berlin (ANTARA) - Kementerian Pertahanan Jerman sedang mempertimbangkan apakah perlu untuk memperpanjang masa kepemimpinannya di gugus tugas gabungan NATO sampai setelah 2023 karena penundaan Inggris, Table.Media melaporkan, Selasa.

Inggris adalah negara berikutnya yang akan memimpin gugus tugas tersebut. ​​​​​​​

Tentara Jerman atau Bundeswehr mengambil alih kepemimpinan Gugus Tugas Siaga Gabungan Sangat Tinggi (VJTF) selama 12 bulan, yang mengharuskan mereka beroperasi dalam waktu 48-72 jam.

Sebagai pemimpin, Jerman menyediakan hingga 2.700 tentara di VJTF.

Menurut sejumlah sumber, Inggris hanya dapat mengambil alih kepemimpinan pada 2024, beberapa bulan lebih lama dari rencana awal, kata Table.Media.

VJTF dibentuk setelah Rusia secara sepihak mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 dan dikerahkan untuk pertama kalinya sebagai bentuk pertahanan kolektif setelah Rusia menjajah Ukraina pada Februari.

Efek dari penundaan pergantian kepemimpinan itu terhadap operasi belum jelas.

Posisi kepemimpinan diisi secara bergantian di antara anggota untuk membagi beban terhadap militer.

Brigade-brigade militer terikat dengan VJTF selama tiga tahun untuk memberi bantuan saat fase stand-up, stand-by, dan stand-down. Artinya, mereka tidak bisa digunakan untuk misi atau kewajiban internasional lain.

"Tidak ada hal resmi yang bisa saya katakan mengenai ini sekarang," kata seorang juru bicara Kemhan Jerman kepada Reuters.

Kemhan Inggris tidak merespons permintaan untuk berkomentar.

Sumber: Reuters

Baca juga: Stoltenberg imbau anggota NATO kirim lebih banyak senjata ke Ukraina
Baca juga: Turki tuding pesawat Yunani berusaha "halangi" misi NATO

Penerjemah: Fadhli Ruhman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023