Jakarta (ANTARA) - Didukung oleh kebijakan bantuan pemerintah, inflasi di Jerman turun ke angka 8,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Desember 2022, menurut data awal yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Selasa (3/1).

Harga pangan masih mengalami kenaikan tajam sebesar 20,7 persen. Harga energi dan pangan khususnya naik tinggi sejak pecahnya konflik Rusia-Ukraina dan "berdampak besar pada tingkat inflasi," kata Destatis.

Terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah, konsumen di Jerman masih membayar 24,4 persen lebih tinggi untuk produk energi, termasuk energi rumah tangga dan bahan bakar kendaraan bermotor, dibandingkan tahun lalu.

Namun, kenaikan harga energi melambat setelah warga Jerman menerima pembayaran satu kali untuk membantu mereka menutup biaya gas dan pemanas.
 
   Dalam waktu kurang dari setahun, pemerintah Jerman mengesahkan tiga paket bantuan dengan nilai total 95 miliar euro (1 euro = Rp16.630).


Dalam waktu kurang dari setahun, pemerintah Jerman telah mengesahkan tiga paket bantuan dengan nilai total 95 miliar euro. Sebuah "payung pelindung" lainnya senilai 200 miliar euro disiapkan untuk membiayai pembatasan harga gas dan listrik.

Dalam prakiraan musim dingin yang diterbitkan baru-baru ini, Institut Kiel Jerman untuk Ekonomi Dunia (IfW Kiel) menurunkan estimasi inflasinya untuk 2023 dari 8,7 persen menjadi 5,4 persen.

Demi menurunkan inflasi, pemerintah Jerman membayar "harga fiskal yang tinggi melalui subsidi besar-besaran yang hanya meringankan krisis energi secara superfisial," kata Stefan Kooths, wakil presiden dan kepala prakiraan ekonomi di IfW Kiel.

"Basis untuk bantuan itu terlalu luas dan dengan demikian meningkatkan tekanan inflasi di sektor lain dalam perekonomian," imbuhnya. 
 
Sebuah "payung pelindung" lainnya senilai 200 miliar euro disiapkan untuk membiayai pembatasan harga gas dan listrik

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023