Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah pengungsi di lereng Gunung Merapi wilayah Kabupaten Klaten, Jateng, dalam tiga hari terakhir memaksakan diri pulang ke rumah masing-masing, tanpa seijin petugas posko dengan berbagai alasan. Petugas jaga Posko di Kecamatan Kemalang, Djarot, Rabu, yang dihubungi per telepon dari Surabaya, mengatakan para pengungsi memaksakan diri pulang ke rumah masing-masing akibat jenuh di pengungsian, gelisah memikirkan ternak dan tanamannya, serta terpengaruh adanya beberapa warga yang tetap bertahan di rumah. Berdasarkan data, masyarakat di kawasan lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten yang mengungsi ditampung di tiga lokasi pengungsian, yakni Kantor Kecamatan Kemalang, Balai Desa Dompol dan Ngemplak Seneng. Di tempat pengungsian Kecamatan Kemalang, dari 1.226 pengungsi, sekitar 240 diantaranya memaksakan diri pulang ke rumah masing-masing, di pengungsian Balai Desa Dompol 937 pengungsi masih bertahan dan di Ngemplak Seneng yang terdiri dari 36 pengungsi, semuanya pulang ke rumah masing-masing. Para pengungsi tersebut berasal dari Desa Sidorejo, Tegalmulyo dan Balerante di wilayah Kecamatan Kemalang. Desa-desa tersebut berada sekitar 3-4 kilometer dari Puncak Gunung Merapi. Djarot yang juga karyawan Kesbanglinmas Kabupaten Klaten mengatakan, petugas sebenarnya sudah mengingatkan agar warga tetap berada di pengungsian guna mengantisipasi terjadinya letusan Gunung Merapi. Tapi, lanjutnya, mereka tetap memaksakan diri pulang ke rumah masing-masing. Pengungsi memaksakan diri pulang ke rumah karena mereka jenuh, sebab sudah dua pekan lebih hidup di pengungsian. Selain itu, para pengungsi juga terbebani dengan nasib ternak dan tanaman yang mereka tinggalkan, meskipun mereka sebenarnya diberi kesempatan untuk mengunjungi rumah, diantar petugas menggunakan truk. "Mungkin, mereka terdorong untuk pulang ke rumah masing-masing karena sebagian warga yang desanya rawan terkena guguran lahar Gunung Merapi, selama ini masih bertahan di rumah masing-masing," ujarnya. Namun demikian, jika nantinya aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat, warga desa tersebut dipaksa untuk mengungsi. Sementara itu, untuk mengusir kejenuhan warga di pengungsian, petugas di masing-masing Posko pengungsian di Kabupaten Klaten berusaha menghibur dengan berbagai kegiatan baik kegiatan kerohanian (pengajian), pelatihan ketrampilan menganyam bambu, hiburan campursari, pemutaran film layar tancap. Sedangkan anak-anak sekolah yang mengungsi, tetap melakukan kegiatan belajar di rumah-rumah penduduk maupun sekolah yang berdekatan dengan Posko pengungsian dan untuk memasok kebutuhan makan pengungsi, selama ini telah disiapkan dapur umum termasuk tenda-tenda untuk para relawan. (*)

Copyright © ANTARA 2006