Jayapura, (ANTARA News) - Kawasan Cagar Alam (KCA) Pegunungan Cycloop, yang terbentang dari Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua, mengalami kerusakan sangat parah akibat penebangan kayu, pembakaran arang kayu, penggalian batu dan pertanian secara tradisional. Dikhawatirkan kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut dapat mengancam penduduk di kedua daerah ujung timur Nusantara, seperti dilaporkan wartawan ANTARA yang menelusuri kawasan itu, Kamis (11/5). Dilaporkan, perambahan hutan dan penggalian batuan di KCA semakin parah mencapai puluhan hektar. Luasan areal hutan semakin kritis dan terjadi longsoran menutupi sejumlah sungai-sungai kecil dan terdapat lubang tebing yang menganga mencapai kedalaman lima meter. KCA Pegunungan Cycloop mulai dari Waena, Distrik Abepura, Kota Jayapura hingga Gunung Tanah Merah Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura. Ambrosius Pasik, salah seorang tokoh masyarakat adat dari Peg.Cycloops mengaku, perambahan hutan kayu di KCA oleh penduduk urbanisasi dari daerah pedalaman dan pesisir terpencil Papua semakin parah karena perambahan hasil hutan baik itu digunakan untuk memenuhi pembangunan rumah sampai membuat perahu. Akibatnya selain mengalami penggundulan, debit air yang dihasilkan juga mengalami penurunan sehingga Peusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura harus menerapkan sistem penggiliran dalam melayani para pelanggannya, ungkap Ambrosius. "Jatuhnya korban jiwa manusia dan harta benda itu akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab," ujar Pasik. Menurut dia, masyarakat setempat menganggap Cycloop itu "ibu kandungnya" karena memberikan air susu berupa air dan oksigen dari hutan kayu bagi siapa pun yang berada di daerah Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, tetapi sayangnya belakangan ini telah terjadi pengrusakan yang semakin parah oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. "Aparat pemerintah baik dari sipil dan aparat keamanan harus mengambil tindakan tegas terhadap masyarakat yang merusak KCA Pegunungan Cycloops agar kelak tidak terjadi bencana alam yang semakin parah," harap Pasit. Ambrosius menganalisa bila pemerintah di kedua daerah tidak cepat mengatasi perambahan hutan di KCA Pegunungan Cycloop, maka bencana alam banjir akan menelan korban jiwa manusia di kedua daerah itu. "Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah pencegahan pengrusakan KCA Pegunungan Cycloop karena bila tidak,bencana alam akan mengancam jiwa manusia dan harta benda penduduk di daerah itu," katanya. Menteri Kehutanan RI tahun 1982 menetapkan Pegunungan Cycloop menjadi KCA dengan luas areal 5 juta hektar karena kawasan itu memiliki fauna dan flora terlangka di dunia terbentang dari Kota Jayapura hingga Kabupaten Jayapura. Pengrusakan dengan perambahan hutan itu mengakibatkan fauna dan flora bernilai ekonomis tinggi di dunia itu semakin terancam punah. Data ANTARA menyebutkan pengrusakan KCA Pegunungan Cycloop itu berawal ketika Pemkab Jayapura dibawah kepemimpinan Bupati Jayapura, Ir. Yan Pieter Karafir,MSc tahun 1997 melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat membuka jalan dari Kota Jayapura menuju Kampung Ormu Ware, Kabupaten Jayapura sepanjang 25 kilometer agar masyarakat bisa memasarkan hasil pertaniannya ke Kota Jayapura karena penyeberangan perahu melalui Samudera Pasifik sering terjadi musibah akibat gelombang arus laut yang kurang bersahabat dapat menelan korban jiwa manusia. Kampung Ormu Ware kini termasuk dalam pemerintahan Kota Jayapura, tetapi masyarakat sulit datang ke Kota Jayapura untuk memasarkan hasil usaha pertanian dan perikanan lautnya sehingga hidup terisolasi. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Jayapura, Drs. Korinus Watory secara terpisah mengatakan, pengrusakan KCA Pengunungan Cycloops yang semakin parah itu menjadi salah satu program prioritasnya untuk memberikan masukkan bagi instansi terkait untuk berupaya mengatasinya karena bila tidak sesegera mungkin ditangani, maka KCA kelak membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia di kedua daerah itu.(*)

Copyright © ANTARA 2006