Karena pemberitaan yang masif saat itu terhadap gangguan cuaca, cuaca ekstrem, akhirnya banyak calon wisatawan yang nggak pergi keluar. Padahal ekstremnya itu hanya di beberapa wilayah...
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan pemberitaan yang masif terkait dengan cuaca ekstrem menjelang akhir tahun 2022 lalu berimbas kurang baik pada perhotelan.
 
"Karena pemberitaan yang masif saat itu terhadap gangguan cuaca, cuaca ekstrem, akhirnya banyak calon wisatawan yang nggak pergi keluar. Padahal ekstremnya itu hanya di beberapa wilayah tapi karena pemberitaan yg masif, kita mencatat lebih dari 20 persen membatalkan kunjungan," ujar Menparekraf Sandiaga Uno dalam Indonesia Tourism Outlook 2023 yang digelar di Jakarta, Rabu.
 
Ia juga menuturkan, Bali, Yogyakarta, Bandung, meski okupansinya tinggi, tapi hotel-hotel yang berlokasi di pinggir laut/pesisir mengalami penurunan okupansi.

Baca juga: Sandi: Tingkat okupansi hotel saat Natal-tahun baru menggembirakan
 
Ke depan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bakal belajar dari pengalaman tersebut dan akan membuat strategi khusus agar kejadian serupa tidak terjadi.
 
"Ini nanti akan kita kelola manajemen kepariwisataan, ini akan didorong," ujar Sandiaga Uno. Selain itu ia mengajak media di Indonesia untuk merawat dan menjaga narasi dari kebangkitan pariwisata.

"Kita berwisata aman, nyaman, dan menyenangkan. Silakan berwisata tapi dengan penuh kesadaran," ucap Sandiaga Uno.

Baca juga: Sandiaga yakin IKN pindah tak mempengaruhi situasi hotel di Jakarta

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada saat libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
 
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada 20 Desember 2022 lalu mengatakan empat fenomena alam yakni peningkatan aktivitas Monsun Asia, intensifikasi atau semakin intensifnya fenomena Seruakan Dingin Asia.

Kemudian indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif, fenomena pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudra Hindia di sebelah timur Afrika, yang terjadi secara bersamaan berpotensi mengakibatkan cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.

Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini angin kencang di Bali sampai 15 Januari
 

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023