Yogyakarta (ANTARA News) - Awan panas dari puncak Gunung Merapi (2.965 mdpl) mulai terjadi pada 11 Mei sekitar pukul 10.14 WIB yang bergerak ke bawah dengan jarak luncur sekitar 400 meter ke arah celah antara punggungan kubah Gegerbuaya dan kubah lava 1997. Informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Jumat, menyebutkan, awan panas itu teramati dari Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sementara itu, kubah lama di puncak Merapi kini mulai terusik atau terdesak oleh pertumbuhan kubah lava baru yang volumenya mendekati dua juta meter kubik, sehingga apabila terjadi longsoran besar kubah lava, dapat menimbulkan awan panas yang cukup besar. Menurut salah seorang staf BPPTK Yogyakarta Dr Supriyati Andreastuti, pertumbuhan pesat kubah lava baru sampai sekarang terus berlangsung, dan volume kubah lava itu setiap hari rata-rata bertambah sekitar 150 ribu meter kubik. Saat ini volumenya sekitar 1,8 juta meter kubik. Tinggi kubah lava baru juga terus bertambah, rata-rata lima meter setiap hari. "Kini tinggi kubah lava baru diperkirakan hampir 100 meter," sambungnya. Ia menyebutkan tingkat pertumbuhan kubah lava baru sebesar itu tergolong pesat, karena sejak 1980 pertumbuhan kubah lava baru Merapi biasanya rata-rata hanya 80 ribu meter kubik per hari. Dengan pertumbuhan kubah lava baru yang cukup pesat, dan bahkan kubah ini semakin menutupi pelataran Gendol di kawasan puncak sisi selatan, kini Merapi memasuki masa kritis kedua. Seperti dikatakan Kepala BPPTK Yogyakarta Dr A Ratdomopurbo di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (11/5), dengan pertumbuhan kubah lava baru yang cepat itu memunculkan ancaman utama berupa awan panas jika kubah ini longsor. Menurut dia, arah awan panas bisa ke barat, atau ke selatan. Apalagi beberapa hari lalu sudah mulai terlihat guguran lava pijar dari puncak yang meluncur ke arah hulu Sungai Lamat dan Sat di sisi barat lereng gunung ini. Status aktivitas Gunung Merapi di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan DIY itu, hingga Jumat siang masih pada tingkat `siaga`. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006