Jakarta (ANTARA News) - Setelah berada sekitar 20 jam di Batam, Pesawat "China Airlines" yang ditumpangi Presiden Taiwan Chen Shui-Bian, Jumat sekitar Pukul 10.15 WIB, meninggalkan Bandar Udara Internasional "Hang Nadim" menuju Taiwan. Perihal telah berangkatnya pesawat yang membawa Presiden Chen itu disampaikan Direktur Bagian Informasi Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Chang Pong, ketika dihubungi ANTARA News dari Jakarta, Jumat. "Pesawat Presiden Chen telah berangkat sekitar Pukul 10.15 WIB tadi," katanya tanpa merinci apa saja kegiatan orang nomor satu Taiwan itu sebelum pesawatnya lepas landas. Pendaratan pesawat Presiden Chen di pulau milik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura itu telah memicu reaksi pemerintah RRC melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta. Juru Bicara Deplu, Desra Percaya, Kamis malam, mengatakan, Kedubes China di Jakarta telah melakukan apa yang disebut demarch (pendekatan), yakni menyampaikan posisi mereka yang kembali menekankan bahwa mereka tidak bisa menerima kalau ada kegiatan seperti itu lagi. Desra enggan memberikan penjelasan lebih lanjut kecuali memberikan saran agar menghubungi pejabat Kedubes RRC di Jakarta terkait dengan reaksi negara itu atas informasi tentang kehadiran Presiden Chen di pulau milik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura itu. Pejabat pers Kedubes RRC di Jakarta, Xie Yonghui, yang dihubungi ANTARA News secara terpisah mengatakan, dirinya tidak memiliki otoritas untuk menjelaskan reaksi pihaknya atas pendaratan pesawat Presiden Taiwan tersebut. "Saya tidak punya otoritas untuk berbicara. Yang memiliki otoritas adalah Duta Besar (Dubes RRC untuk Indonesia Lan Lijun-red.)," katanya. Sebelumnya, Direktur Bagian Informasi Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia Chang Pong mengatakan, Presiden Taiwan Chen Shui-Bian stop over (singgah) di Batam karena pesawat yang ditumpanginya, China Airlines, terpaksa mendarat di Bandara Batam sekitar Pukul 14.00 WIB akibat apa yang disebutnya "masalah teknis" setelah terbang selama sekitar delapan jam dari Libia, Afrika Utara menuju Taiwan. Sambil menunggu pesawatnya dapat berangkat kembali menuju Taiwan hari Jumat, Presiden Chen kemungkinan akan mengunjungi Batam Industrial Estate, kata Chang. Chang Pong menegaskan kembali bahwa kedatangan Presiden Chen di Batam karena pesawatnya mengalami masalah teknis dan tidak ada satu pejabat Indonesia pun yang bertemu dengan Chen. Indonesia dalam kebijakan politik luar negerinya menganut `Kebijakan Satu Cina`, yang artinya tidak mengakui Taiwan sebagai negara. Menurut Chang Pong, ada dua alasan mengapa pesawat yang ditumpangi Presiden Taiwan itu harus mendarat, yaitu karena harus mengisi bahan bakar; dan pilot, ko-pilot serta para kru pesawat perlu beristirahat setelah terbang selama lebih dari delapan jam. "Kami sangat menghargai kesediaan otoritas Bandar Udara Batam yang mengizinkan pesawat untuk landing karena alasan teknis," kata Chang.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006