Palangka Raya (ANTARA) - Meruntuhkan "menara gading" kampus menjadi salah satu pembahasan yang kini terus digaungkan oleh berbagai pihak sebagai upaya mempercepat perubahan di masyarakat serta meningkatkan peran kampus dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

Saat ini, kampus seakan menjadi lembaga yang terpisahkan dari masyarakat, berdiri dengan sangat megah dan gagah tanpa mempedulikan permasalahan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Sehingga, saat mahasiswa atau peserta didik harus kembali ke masyarakat, tidak sedikit yang gagap dalam menyikapi berbagai persoalan dan perubahan.

Kampus seakan hanya menjadi pencetak galar-gelar akademik, namun minim kemampuan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

Kondisi tersebut membuat alumni kampus banyak yang kurang cepat dalam menyikapi gelombang perubahan zaman, baik itu teknologi dan sosial di masyarakat, yang berdampak pada kurangnya kemampuan dalam berperan menyelesaikan berbagai persoalan.

"Kampus jangan hanya menjadi menara gading, tetapi harus membumi dan mampu menjadi bagian dari perubahan dan solusi dari permasalahan yang terjadi di masyarakat," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat memberikan sambutan pada pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Dr HM Yusuf pada Selasa, 17 Januari 2023.

Menyikapi hal tersebut, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, terus didorong untuk bisa menyikapi berbagai perubahan tersebut, antara lain dengan mengakselerasi rasio dosen bergelar doktor.

Selain itu, juga membangun kekuatan sistem pendidikan yang kokoh, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Membangun sistem ini menjadi salah satu prioritas yang terus dikembangkan Muhammadiyah, karena hanya sistem yang bisa abadi, bahkan keabadiannya berlaku hingga satu hari sebelum kiamat.

Kampus juga harus terus memperkuat dan mengembangkan riset terhadap berbagai persoalan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Seluruh riset yang dilakukan kampus, harus terkoneksi dengan tri dharma perguruan tinggi, salah satunya adalah pengabdian masyarakat, yang menjadi salah satu komponen penting bagi mahasiswa untuk bisa terlibat langsung dalam setiap perubahan yang terjadi di masyarakat.

Program pengabdian masyarakat ini, menjadi salah satu awal dan upaya untuk "meruntuhkan menara gading" kampus yang hingga kini masih terjadi di beberapa kampus di Indonesia.

Dalam rangka mencerdaskan bangsa, pendidikan Indonesia harus punya dasar nilai iman dan takwa dan membangun akhlak mulia, sebagai usaha mencerdaskan secara holistik, bukan hanya berorientasi pada aspek kepandaian dan penguasaan iptek.

Karena itu, orientasi pendidikan tinggi tidak boleh lagi hanya untuk tujuan jangka pendek, sehingga seolah-olah pendidikan hanya menjadi "pabrikasi" mahasiswa untuk mengisi posisi di pabrik-pabrik. Pendidikan tinggi haruslah berorientasi pada jangka panjang yang mampu meningkatkan peradaban dan kesejahteraan manusia.
Dokumentasi. Mahasiswa mengikuti prosesi wusuda di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya di Palangka Raya, saat masa pandemi beberapa waktu lalu. (ANTARA/Rendhik Andika)

SDM Unggul

Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Edy Pratowo mendorong agar perguruan tinggi di daerahnya terus meningkatkan dan mengoptimalkan perannya sebagai pusat unggulan.

"Perguruan tinggi, termasuk Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), memiliki peran penting sebagai pusat unggulan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas," kata Edy.

Pemerintah dan perguruan tinggi, harus mampu menyatukan gerak langkah serta terus berbenah diri untuk menjadi sebuah perguruan tinggi yang berkualitas dan memiliki daya saing global.

Keduanya, secara berkesinambungan dan berkala juga harus terus melakukan konsolidasi dan komunikasi dalam membangun komitmen yang mampu mengakomodir kepentingan bersama.

Pemerintah Provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila" ini pun memosisikan kampus tersebut maupun perguruan tinggi lainnya di provinsi setempat dalam hubungan sinergis dengan pemerintah daerah dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas unggul serta berdaya saing.

Karena itu, semua perguruan tinggi di Kalimantan Tengah dituntut memperteguh dan merekonstruksi prinsip tri dharma perguruan tinggi serta terus mengembangkan diri maupun mengantisipasi tantangan ke depan.

Tak terkecuali dalam upaya membangun tata kelola dan manajemen perguruan tinggi yang sehat, transparan, dan akuntabel, karena hal ini menjadi kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Dr Muhammad Yusuf mengatakan, ia beserta jajaran akan berupaya bekerja secara optimal memajukan perguruan tinggi itu serta meningkatkan partisipasi UMPR dalam penyiapan generasi penerus berdaya saing dan berkualitas di masa mendatang.

Ke depan UMPR juga siap hadir dan berkontribusi dalam pembangunan, sekaligus menjadi ataupun menyiapkan solusi dalam setiap tantangan yang dihadapi ke depannya.

"Dalam menjalankan tugas pemerintah bidang pendidikan tinggi, kami akan menjalankan inovasi dan kreasi yang kami sebut dengan kolaborasi mahasiswa dan dosen. Ini implementasi program kampus merdeka, merdeka belajar," kata Rektor UMPR periode 2022-2027 ini.

Maka ke depan, kampus UMPR akan menerapkan pola kolaborasi, yang mana mahasiswa menjadi poin paling utama dan dosen yang mengawal pengembangan sumber daya dan kemampuan mahasiswa.

UMPR juga akan menjalin komunikasi dan koordinasi dengan para alumni, sehingga usai mahasiswa lulus kuliah akan tetap menjadi bagian keluarga universitas yang tidak terpisahkan.

Bahkan, pada lulusan juga akan diupayakan menjadi prioritas mendapatkan peluang kerja di universitas, dan atas izin pimpinan pusat Muhammadiyah alumni Muhammadiyah mendapat prioritas di amal usaha Muhammadiyah di Kalimantan Tengah.

Untuk menjamin kualitas sumber daya lulusan yang ada. Pihaknya akan fokus pada penguatan kemampuan, keterampilan dan percaya diri serta siap berkompetisi dalam merebut peluang kerja.

Caranya meningkatkan kolaborasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan pemerintah dan masyarakat. Nantinya mahasiswa UMPR akan masuk semua keadaan ditengah dinamika kehidupan sosial dan masyarakat.

"Kami menyebutnya mahasiswa relawan. Semua mahasiswa adalah relawan. Di kampus ada dua unsur penting yakni dosen selalu peneliti sekaligus pembimbing dan mahasiswa sebagai calon peneliti yang mendapatkan pendampingan," kata Yusuf.

Aktivitas perkuliahan yang dilaksanakan tidak hanya berada di ruang kelas, berpendingin udara dan berlantai keramik, tetapi sampai aktif melaksanakan praktik di lapangan.

Misal mahasiswa pertanian membicarakan tanaman tumbuh di tanah, maka dosen dan mahasiswa juga harus menerapkan dan membandingkan teori yang ada dengan praktik pertanian yang sesungguhnya.

Untuk itu, salah satu program utama UMPR saat ini adalah mengembangkan laboratorium alam sebagai sarana penelitian keilmuan pasti atau eksak.

Sementara untuk laboratorium sosial, selama ini UMPR memanfaatkan dinamika sosial kemasyarakatan sebagai bahan mengembangkan dana analisis dan keilmuan melalui praktik di lapangan.

Diantara yang telah dilakukan pada tahapan ini adalah mengirimkan mahasiswa untuk magang di lingkungan kantor pemerintahan, melakukan kajian dan analisis kebijakan terhadap dinamika sosial hingga mendukung langsung pemerintah dalam mengatasi bencana.

"Dan kami hanya berjanji bahwa nantinya lulusan UMPR memiliki kemampuan dalam menganalisis dan mengambil keputusan cepat. Ini yang paling dibutuhkan menghadapi kompetensi terbuka usai lulus kuliah," kata Yusuf.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023