Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan mengkaji kemungkinan kerjasama dengan Iran untuk terus mengembangkan energi nuklir sebagai alternatif pembangkit tenaga listrik. "Tentu kerjasama dengan Iran bisa saja, dalam rangka tukar menukar informasi dan perundang-undangan, serta belajar mengenai sosialisasi atau penerimaan publik dalam pengembangan nuklir. Bagaimana masyarakat bisa menerima ini," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, di sela-sela Konperensi Tingkat Tinggi Delapan Negara Berkembang (KTT D-8) di Nusa Dua, Bali, Sabtu. Mengenai bentuk teknologi yang akan dikembangkan, menurut Purnomo, akan menggunakan teknologi Pressure Water Reactor (PWR) yang selama ini sudah dipakai di Prancis, Jepang, sebagian Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS). Sebetulnya, menurut dia, Indonesia sudah memiliki pembangkit tenaga nuklir sebesar 30 Mega Watt (MW) di Serpong, Banten, meski sifatnya masih penelitian. "Ini memang masih dalam tahap penelitian, dan itu juga dipakai untuk kesehatan, dipakai untuk hal-hal yang sifatnya damai, bukan tujuan pembuatan senjata," katanya. Dijelaskan Purnomo, pemerintah sudah mentargetkan pengembangan energi nuklir hingga 1.000 mega watt pada tahun 2.015. "Targetnya kita bisa mengembangkan seribu MW pada tahap pertama. Itu akan kita kembangkan untuk mencapai target adalah 4.000 MW," katanya. Untuk mencapai target itu, lanjutnya, tender pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir harus dimulai pada tahun depan (2007), sehingga pengerjaan proyeknya bisa dimulai tahun 2008. "Rencananya tahun depan, karena membangun pembangkit nuklir butuh waktu lima hingga enam tahun, jadi kalau 2.015 sudah menjadi 1.000 MW, berarti kan harus mulai dibangun 2008-2009. Kalau dibangun 2008-2009, maka tendernya harus dimulai tahun depan," katanya. Saat ini, katanya, pemerintah sedang menyiapkan segala aturan mengenai pembangunan PLTN itu, seperti menyiapkan semua aturan-aturan yang diperlukan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006