Karachi (ANTARA News) - "Taj Mahal", sebuah epik baru Bollywood yang diangkat dari kisah cinta seorang kaisar Mongol, kurang mendapat sambutan hangat di Pakistan, sekalipun film itu merupakan film kontemporer pertama India yang diijinkan diputar di sana dalam beberapa dekade terakhir. Bulan lalu, pemerintah Pakistan melonggarkan larangan yang sudah berjalan lama atas film-film India dan memperkenankan penayangan film klasik 1960-an, "Mughal-e-Azam", dan sebuah epik baru, "Taj Mahal", untuk menghidupkan kembali bisnis perfilman yang menyusut. Satish Anand, penyalur "Taj Mahal" di Pakistan, memngemukakan berbagai bioskop tidak benar-benar penuh sejak rilisnya pada 28 April. "Respon masyarakat tak sesuai dengan yang diharapkan, sekalipun kami mendistribusikan 20 kopi," katanya kepada Reuters. "Biasanya kami mengeluarkan sekitar 10 kopi untuk film-film lokal." "Taj Mahal" diputar di empat gedung bioskop di Karachi, namun hanya satu dari keempat bioskop, sebuah sineplex berkapasitas 130 penonton di kawasan elit tepian pantai Clifton, yang menarik banyak pengunjung. Lebih suka film terbaru Kritikus film Muneeba Kamal mengatakan satu alasan mengapa sambutan penonton kurang menggembirakan boleh jadi mereka lebih suka menonton film Bollywood yang baru dirilis. Sekalipun ada larangan atas film-film Bollywood, rakyat Pakistan menyaksikan banyak film India lewat DVD dan CD di negara yang haus hiburan tersebut. Bahkan pada puncak ketegangan India-Pakistan dalam perselisihan wilayah Kashmir yang hampir menyeret kedua bangsa ke ambang perang keempat pada 2002, rakyat Pakistan tak pernah kehilangan selera pada musik dan film India, yang banyak terdapat pada cakram dan video bajakan. Para operator kabel swasta di negara itu juga dengan bebas menyiarkan acara musik dan film India. (*)

Copyright © ANTARA 2006