Yogyakarta (ANTARA News) - Awan panas Gunung Merapi (2.965 mdpl) pada Senin pagi terjadi terus menerus hampir setiap tiga menit dengan jarak luncur rata-rata 2,5 km dari puncak ke arah lereng gunung, terutama ke kawasan hulu Sungai Boyong, Sungai Krasak dan Sungai Gendol. Sekitar pukul 06.25 WIB terjadi awan panas besar dengan jarak luncur hampir empat kilometer yang menerjang kawasan Dusun Kaliurang Timur, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sejumlah warga dusun itu yang kebetulan belum mengungsi atau mereka yang sedang mengurus hewan ternaknya, berlarian menghindar ke selatan, dan di antaranya ada yang menggunakan sepedamotor maupun menumpang mobil bak terbuka yang digunakan untuk evakuasi pengungsi. Wartawan ANTARA yang berada di kawasan Kaliurang melaporkan kepanikan warga bertambah, karena bunyi sirene di dekat Pos Satkorlak Penanggulangan Bencana Merapi berbunyi. Sementara itu, guguran lava pijar dari puncak gunung ke arah lereng juga terus menerus terjadi, dengan jarak luncur rata-rata maksimum 2,8 kilometer. Dari catatan sejarah letusan Merapi, sebelum letusan 20 April 1961 diawali dengan awan panas sejak 19 Maret 1961 yang terjadi terus menerus. Awan panas selama satu bulan itu klimaksnya pada 18 April dengan terjadinya awan panas besar yang meluncur sejauh 6,5 kilometer menyusuri alur Sungai Batang di lereng Barat Daya wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kemudian pada 20 April 1961 sekitar pukul 06.50 WIB Merapi meletus. Titik letusan berada pada bres Batang, yaitu celah yang menuju ke hulu Sungai Batang. Waktu itu letusannya disertai kejadian petir. Namun, asap letusan tidak terlalu tinggi, hanya sekitar satu kilometer dari puncak. Desa Gendeng hancur total. Pohon-pohon diterjang awan panas dan tercabut dari akarnya. Hujan abu dari letusan itu sampai daerah Muntilan, Kabupaten Magelang. Letusan tersebut membentuk celah lebar di puncak dan mengarah ke Barat Daya, yakni ke arah hulu Sungai Batang. Di dalam celah atau bukaan kawah itu pada fase sesudah letusan terbentuk kubah lava. Ratusan kali awan panas Ratusan kali awan panas dan guguran lava pijar masih terus terjadi sesudah letusan, dengan jarak luncur maksimum enam kilometer ke hulu Sungai Batang. Pada 7 Mei 1961 terjadi letusan kecil yang berulang-ulang. Awan panasnya mencapai sejauh 3,5 kilometer. Pada saat itu diperkirakan kecepatan awanpanas mencapai 60 kilometer per jam. Beberapa awanpanas juga memasuki hulu Sungai Senowo, Sungai Gendol dan hulu Sungai Woro sampai sejauh 1,5 kilometer. Sesudah terjadi letusan-letusan kecil, terdengar suara hembusan bergemuruh yang sangat kuat. Suara itu kadang diikuti semburan asap vertikal setinggi satu kilometer dari puncak gunung. Kemudian pada 8 Mei 1961 terjadi lagi letusan. Fase ini dimulai pada pukul 07.54 WIB. Terjadi beberapa kali letusan, dan yang paling besar pada pukul 14.56 WIB yang menimbulkan awan panas sampai sejauh 12 kilometer. Ujung awan panas sampai di Desa Kembang, atau sekitar satu kilometer dari Pos Pengamatan Merapi di Ngepos. Letusan 8 Mei itu merupakan fase puncak dari periode letusan tahun 1961, yang menyebabkan bukaan kawah di puncak yang mengarah ke baratdaya semakin lebar. Pada lereng puncak terbentuk suatu depresi radial (ceruk) panjang di sektor baratdaya. Selama periode letusan 1961, sebanyak 42,4 juta meter kubik material vulkanik telah dikeluarkan oleh Gunung Merapi. (*)

Copyright © ANTARA 2006