Kami akan membatasi perdagangan sedikit karena pasar mencoba untuk menilai bagaimana bank-bank sentral berperilaku ...
Singapura (ANTARA) - Dolar menjauhkan dirinya dari terendah delapan di sesi Asia pada Senin sore, menjelang serangkaian pertemuan bank sentral minggu ini, meskipun kenaikannya dibatasi oleh perkiraan dovish dari ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lebih hawkish.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik 0,03 persen menjadi 101,92, setelah mencapai level terendah delapan bulan di 101,50 minggu lalu.

Indeks berada di jalur untuk kerugian bulanan keempat berturut-turut lebih dari 1,5 persen, ditekan oleh ekspektasi bahwa The Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga tidak harus naik setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya.

Sterling menguat 0,04 persen pada 1,2405 dolar, sementara euro naik 0,06 persen menjadi 1,0874 dolar.

Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.

Baca juga: Rupiah awal pekan menguat, pasar menanti hasil FOMC AS

"Kami akan membatasi perdagangan sedikit karena pasar mencoba untuk menilai bagaimana bank-bank sentral berperilaku ... Saya pikir, untuk ketiganya akan lebih banyak tentang apa yang mereka katakan daripada apa yang mereka lakukan," kata Ahli Strategi Mata Uang National Australia Bank (NAB), Rodrigo Catril.

The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin - penurunan dari kenaikan 50 basis poin dan 75 basis poin yang terlihat tahun lalu - sementara pengamat pasar mengatakan BoE dan ECB kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.

Euro yang menuju kenaikan bulanan hampir 1,5 persen, telah mendapat dukungan dari retorika hawkish lanjutan oleh pembuat kebijakan ECB dan meredam kekhawatiran resesi yang mendalam di zona euro.

Di tempat lain dolar Selandia Baru tergelincir 0,05 persen menjadi 0,6491 dolar AS, sementara yen melonjak hampir 0,2 persen menjadi 129,62 per dolar.

Sebuah panel akademisi dan eksekutif bisnis pada Senin mendesak Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk menjadikan target inflasi 2,0 persen sebagai tujuan jangka panjang, alih-alih yang harus dipenuhi sesegera mungkin, mengingat meningkatnya biaya pelonggaran moneter yang berkepanjangan.

Baca juga: Dolar berakhir naik terhadap yen, karena kebijakan BoJ super longgar

Dolar Australia turun 0,3 persen menjadi 0,7088 dolar AS tetapi berada di jalur untuk kenaikan bulanan hampir 4,0 persen, setelah tingkat inflasi Australia melonjak ke level tertinggi 33 tahun pada kuartal terakhir menyebabkan para pedagang meningkatkan taruhan bahwa Bank Sentral Australia (RBA) akan memperketat suku bunga lebih lanjut.

Dengan China kembali dari liburan Tahun Baru Imlek, fokus akan ada pada rilis data indeks manajer pembelian (PMI) yang akan datang pada Selasa (31/1/2023).

"Pasar akan melihat ... semoga tidak kecewa," kata Catril dari NAB.

"Sejauh ini, data yang datang dari China, atau getaran yang datang dari China, berperan dalam pandangan bahwa pembukaan kembali yang baik dalam hal aktivitas kemungkinan besar akan berkembang."

Perjalanan liburan Tahun Baru Imlek di China melonjak 74 persen dari tahun lalu setelah pihak berwenang membatalkan pembatasan perjalanan akibat COVID-19, lapor media pemerintah pada Sabtu (28/1/2023).

Baca juga: Yuan terdongkrak 76 basis poin menjadi 6,7626 terhadap dolar AS

Yuan di pasar domestik melonjak terhadap dolar pada Senin, naik sekitar 0,5 persen menjadi 6,7530, karena investor menyambut tanda-tanda pemulihan ekonomi yang ditunjukkan oleh pengeluaran liburan yang kuat dan data pariwisata.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023