kasus campak awalnya terjadi di wilayah-wilayah penyangga DKI Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Tanggerang
Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Sudinkes Jakbar) melalui kader dasa wisma gencar mendata bayi yang belum mendapatkan imunisasi campak yang pelaksanaannya berbarengan dengan program Provinsi DKI Jakarta.

"Kita identifikasi bersama kader dasa wisma untuk mendata balita mana di atas sembilan bulan yang belum mendapatkan imunisasi campak," kata Kepala Sudinkes Jakbar, Erizon Safari, saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Setelah terdata, pihaknya mengarahkan mereka untuk membawa anaknya mengikuti program imunisasi campak di puskesmas kecamatan maupun kelurahan.

Erizon mengungkapkan kasus campak awalnya terjadi di wilayah-wilayah penyangga DKI Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Tanggerang.

Hal tersebut diduga terjadi karena beberapa waktu lalu warga masih takut ke puskesmas untuk vaksinasi campak lantaran COVID-19 masih merebak.

"Meningkatnya angka campak ini karena COVID-19 kemarin. Orang pada takut vaksin campak ke puskesmas," jelas dia.

Selain itu, aktivitas warga antara wilayah penyangga menuju DKI Jakarta pun tergolong sangat tinggi sehingga kemungkinan penyebaran penyakit campak pun besar.

Maka dari itu, dia mengimbau seluruh orang tua yang memiliki bayi berusia 9 bulan untuk segera mengikuti imunisasi campak di puskesmas terdekat.

"Sampai sekarang kita belum bisa pastikan berada data kasusnya. Yang pasti kita terus berupaya melakukan penanganan yang maksimal," jelas Erizon.
Baca juga: Pemkot Jakut imunisasi campak dan rubela "door to door"
Baca juga: Warga DKI diminta segera imunisasi campak untuk tekan kasus
Baca juga: DKI catat capaian imunisasi anak tahap dua 90 persen

Pewarta: Walda Marison
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023