Beijing (ANTARA) - Pada Oktober tahun lalu, sutradara sekaligus komedian terkenal asal Hong Kong Stephen Chow mengatakan dalam unggahan media sosial pertamanya bahwa dia "mencari talenta Web3 yang luar biasa dalam kegelapan", lapor Xinhua pada Selasa.

Sementara banyak penggemar masih perlu lebih memahami Web3 atau Web 3.0, kata itu telah menjadi tren di komunitas teknologi dalam beberapa tahun terakhir. Para pembuat kebijakan dan perusahaan teknologi China juga meningkatkan upaya untuk memanfaatkan tren tersebut.

Gu Feiyong, seorang manajer dari raksasa internet China NetEase, mengatakan bahwa Web3 akan merombak cara kerja internet, memanfaatkan blockchain untuk mengubah bagaimana informasi disimpan, dibagi, atau dimiliki.

Pada awal 1990-an, versi pertama dari internet dikenal sebagai Web 1.0, yang terdiri dari laman-laman web statis dengan konten digunakan untuk menyajikan informasi.

Lalu, Web 2.0 melihat kemunculan platform perdagangan elektronik (e-commerce) dan media sosial. Deretan teknologi seperti komputasi mobile (ponsel pintar), komputasi awan (cloud computing), dan mahadata memungkinkan para pengguna internet untuk saling berinteraksi dan memublikasikan konten mereka sendiri.

Namun, terdapat kekhawatiran yang meningkat soal Web 2.0 dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh, para pengguna harus menyerahkan data mereka kepada platform-platform yang dikelola oleh raksasa teknologi yang mengumpulkan informasi terkait berbagai preferensi guna menjual iklan tertarget. Para pengguna tidak memiliki hak dalam pembagian pendapatan yang dihasilkan dari konten yang mereka buat.

Didasarkan pada blockchain, Web 3.0 menargetkan untuk memecahkan isu-isu tersebut dan mengembalikan hak cipta konten kepada para kreatornya, menurut Gu.

Banyak perusahaan teknologi besar dan rintisan (start-up) menggunakan ide bisnis untuk mendemonstrasikan Web 3.0 dalam aplikasi dunia nyata, dan yakin dengan masa depan menjanjikan yang dapat dihadirkan oleh teknologi tersebut. Sebagai contoh, metaverse adalah lingkungan virtual yang memungkinkan orang-orang untuk terlibat dalam beragam kegiatan digital misalnya mengumpulkan aset digital seperti NFT.

Masuk dalam 10 tren teknologi teratas yang diprediksi oleh Baidu Research, deretan teknologi berbasis Web 3.0 akan menciptakan ruang web baru yang terpusat pada banyak pihak, lebih terbuka, adil, dan aman, saat para pengguna dapat bertukar informasi dan nilai secara lebih aman pada 2023.

Para pembuat kebijakan meluncurkan langkah-langkah dan rencana untuk mendukung perkembangan itu. Pada Juli tahun lalu, Shanghai menyampaikan dalam rencana lima tahun ke-14 kota tersebut tentang ekonomi digital bahwa kota itu berencana mendorong penerapan infrastruktur, riset teknologi, dan pembangunan berbasis Web 3.0 untuk jaringan generasi baru, dan inovasi aplikasi.

Sebelumnya pada bulan ini, Beijing meluncurkan rencana pengembangan Web 3.0 mulai 2023 hingga 2025 di Distrik Shijingshan, berharap akan meraup pendapatan lebih dari 10 miliar yuan (1 yuan = Rp2.218) dari bisnis-bisnis terkait Web 3.0 per 2025.

Beijing berencana memiliki 20 proyek percontohan aplikasi utama di distrik itu pada 2025, membangun lima laboratorium atau pusat inovasi teknologi, dan sedikitnya enam platform teknologi dan layanan, serta menarik lima hingga 10 perusahaan terkemuka dalam industri Web 3.0 untuk beroperasi di distrik tersebut.


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023