walaupun dalam kondisi yang belum sepenuhnya recover pascapandemi tetapi Pertamina berhasil meningkatkan sumbangsih kepada negara baik itu dalam bentuk pajak ataupun PNBP dengan total Rp307 triliun meningkat 83 persen
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan kontribusi perusahaannya terhadap penerimaan negara mencapai Rp307,2 triliun (unaudited).

Adapun rinciannya berasal dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan bonus tandatangan (signature bonus). Adapun PNBP tersebut merupakan penerimaan bagian negara atas bisnis geotermal, migas, dan hilir.

"Jadi, kami sangat bangga walaupun dalam kondisi yang belum sepenuhnya recover pascapandemi tetapi Pertamina berhasil meningkatkan sumbangsih kepada negara baik itu dalam bentuk pajak ataupun PNBP dengan total Rp307 triliun meningkat 83 persen dari tahun sebelumnya," kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa.

Dalam kesempatan itu, Nicke juga membeberkan soal implementasi cost optimization (CO) pada 2022. Pertamina mencatat ada 239 program CO pada fungsi holding dan subholding dengan realisasi CO sampai dengan Desember 2022 sebesar 1,1 juta dolar AS atau 78 persen di atas target CO tahun 2022.

"Adapun untuk cost optimization ini kami terus lakukan. Jadi, sebagai gambaran di tahun 2021 di mana kami mulai menjalankan program ini sudah terjadi cost optimization di tahun 2021 adalah 1,3 miliar dolar AS dan di tahun 2022 adalah 1,1 juta dolar AS," ungkap Nicke.

Pencapaian CO sebesar 1,1 juta dolar AS itu berasal dari cost saving 600 juta dolar AS, cost avoidance 228 juta dolar AS, dan revenue growth 245 juta dolar AS.

Dengan pencapaian itu, Pertamina mencatat telah memberikan kontribusi kepada laba perusahaan senilai 3,8 miliar dolar AS.

"Jadi dengan pencapaian ini, tentu memberikan kontribusi kepada laba perusahaan," kata dia.

Lebih lanjut, ia juga memaparkan sejumlah strategi terkait dengan program CO tersebut, di antaranya crude and product procurement optimization.

"Beberapa langkah yang kami lakukan adalah tadi dengan kami membuka opsi crude (minyak mentah) ini bukan hanya dari crude mahal dari negara tertentu tetapi kami juga dari negara lain sehingga bisa menurunkan crude cost, ujar Nicke.

Berikutnya, lanjut Nicke adalah upstream production cost optimization.

"Demikian juga untuk di-upstream dengan program optimization, kami lakukan juga pengadaan yang secara terpusat untuk masing-masing regional sehingga bisa menurunkan production cost ini sekitar 17 persen di 2022. Demikian juga untuk biaya-biaya lainnya yang ini tentu berpengaruh terhadap penurunan HPP (harga pokok penjualan) secara keseluruhan," ujar Nicke.

Baca juga: Pertamina terima 9,9 juta kiloliter dari program B35
Baca juga: Pengamat: Penentuan harga BBM non subsidi kewenangan badan usaha
Baca juga: PGE sebut Indonesia punya peluang besar optimalkan potensi panas bumi

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023